Daging Ayam Ras, Rokok Hingga Emas Penyumbang Inflasi April

News - Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
03 May 2021 15:20
Peternak memanen telur ayam di peternakan kawasan Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat, Selasa (18/2/2020). Pemerintah resmi menaikkan harga acuan daging dan telur ayam ras untuk mengimbangi penyesuaian tingkat harga di pasar yakni harga telur ayam di tingkat peternak dinaikkan dari Rp18 ribu-Rp20 ribu per kg menjadi Rp19 ribu-Rp21 ribu per kg sedangkan daging ayam ras dinaikkan dari Rp18 ribu-Rp19 ribu per kg menjadi Rp19 ribu-Rp20 ribu per kg. Lukman 45 tahun Peternak  mengatakan kenaikan harga tersebut sebagai hal yang positif. Sebab, bila tidak hal itu tentu dirasakan merugikan. Pasalnya, saat ini nilai tukar dolar terhadap rupiah tengah menguat dan mempengaruhi berbagai hal, termasuk biaya transportasi.
 (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki) Foto: Peternak Ayam (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada April 2021, indeks harga konsumen (IHK) mengalami kenaikan atau inflasi sebesar 0,13% secara bulanan (month to month/mtm). Komoditas penyumbang inflasi pada bulan April 2021 mulai dari daging ayam ras, minyak goreng, rokok kretek, hingga emas.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto menjelaskan, inflasi utamanya disumbang oleh daging ayam ras dengan andil 0,06%. Kemudian ada juga minyak goreng, emas, anggur, pepaya, rokok kretek, ayam segar, ayam hidup, dengan masing-masing andil terhadap inflasi sebesar 0,01%.

"Daging ayam ras melonjak terkait dengan kenaikan pakan yaitu harga jagung. Kemudian permintaan jelang Hari Raya dan selama Ramadan juga sebabkan harga naik," ujar Setianto dalam konferensi pers virtual, Senin (3/5/2021).

Kelompok makanan, minuman, dan tembakau memiliki andil terbesar dalam inflasi April 2021, yakni 0,05%. Lalu, kelompok pakaian dan alas kaki menyumbang inflasi 0,01%. Kelompok lain, perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dengan andil inflasi 0,01%.

Kemudian, perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga memberikan andil inflasi 0,02%. Sementara, kelompok kesehatan, transportasi, pendidikan, dan penyediaan makanan, minuman, atau restoran tidak memberikan andil inflasi.

Selain komoditas-komoditas yang menyumbang inflasi. Ada juga komoditas menyumbang deflasi, yakni cabai rawit -0,05%. Kemudian cabai merah dan bawang merah masing-masing memberikan andil deflasi -0,02%. Sementara untuk bera, bayam, dan kangkung memberikan andil terhadap deflasi -0,01%.

Berdasarkan bentuknya, komponen bergejolak (volatile foods) inflasi 0,15% dengan andil 0,02%. Sementara, komponen volatile foods, terdiri dari komponen energi dengan deflasi 0,12% dan andil 0,01 persen serta komponen bahan makanan inflasi 0,17% dan andil 0,03%.

Lalu, inflasi inti sebesar 0,14%. Sementara komponen harga diatur pemerintah (administered price) tercatat inflasi 0,11% dengan andil 0,02%. Berdasarkan wilayah, inflasi terjadi di kota dari 72 kota IHK. Sementara 18 kota mengalami deflasi.

"Dari 90 kota IHK yang dipantau BPS ada 72 kota inflasi dan 18 kota deflasi," kata Setianto melanjutkan.

Dari 72 kota yang mengalami inflasi, ada kota dengan inflasi tertinggi yakni kota Kotamobagu dengan tingkat inflasi 1,31%, dimana komoditas penyumbang inflasi di kota itu diantaranya ikan cakalang dan cabai rawit.

Kemudian kota dengan inflasi terendah ada di Yogyakarta dengan tingkat inflasi 0,01%.

Adapun kita deflasi tertinggi ada di Jayapura, dengan komoditas penyumbang deflasinya yaitu ikan ekor kuning, ikan cakalang, tomat, dan kangkung. "Ini (kota) penyumbang deflasi -1,26% dan deflasi terendah di Tanjungpandan dengan deflasi -0,02%," ujar Setianto.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Harga Tinggi, Ini 10 Komoditas yang Jadi Biang Kerok Inflasi


(mij/mij)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading