
Butuh Rp2.000 T, Daya Tarik Migas RI Masih di Bawah Malaysia

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia memiliki target produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari (bph) dan gas 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030 mendatang.
Tak main-main, nilai investasi yang dibutuhkan untuk mengejar target ini mencapai sebesar US$ 187 miliar atau sekitar Rp 2.711 triliun (asumsi kurs Rp 14.500 per US$).
Meski membutuhkan investasi ribuan triliun, namun nyatanya daya tarik investasi migas di Indonesia masih di bawah Malaysia.
Berdasarkan data dari Wood Mackenzie pada 2020, negara-negara yang punya daya tarik investasi tinggi di sektor hulu migas antara lain Inggris, Amerika Serikat, Australia, dan Norwegia. Di Asia Tenggara, daya tarik investasi hulu migas di Malaysia bahkan lebih tinggi dibandingkan Indonesia.
Daya tarik investasi migas RI hanya lebih tinggi dibandingkan Iraq maupun Brazil.
Daya tarik investasi hulu migas ini juga tergantung pada insentif fiskal yang ditawarkan pemerintah. Insentif fiskal ini mesti dilihat sebagai kombinasi antara stabilitas fiskal, prospek dan biaya lingkungan.
Merespons atas data tersebut, anggota Dewan Energi Nasional Satya W. Yudha mengatakan, Indonesia perlu melakukan reformasi regulasi. Hadirnya Undang-Undang tentang Cipta Kerja (Omnibus Law), menurutnya bisa menjembatani, namun masih banyak aktivitas ekonomi yang belum memanfaatkan ini karena terdampak pandemi Covid-19.
"Birokrasi hantui proses hulu migas karena ada aturan, tidak hanya pusat tapi juga daerah. Perda-Perda (Peraturan Pemerintah Daerah) mungkin timbulkan hambatan, seismik dan eksplorasi," paparnya dalam webinar SKK Migas, Rabu (28/04/2021).
Pihaknya mengaku akan membantu terkait dengan insentif ini, baik fiskal dan non fiskal. Dengan berbagai insentif yang diberikan, maka diharapkan investor mau bertahan untuk berinvestasi di Indonesia dan tidak hengkang dari negara ini.
"Mengenai daerah-daerah relatif yang keekonomiannya kurang bagus, kalau diukur dengan kondisi beberapa waktu lalu dengan harga minyak fluktuasi, maka perlu insentif fiskal. Investasi di lapangan marginal, bagaimana pemerintah berikan kemudahan bagi mereka," jelasnya.
SKK Migas mencatat sepanjang tiga bulan pertama 2021, investasi hulu migas mencapai US$ 2,4 miliar atau sekitar Rp 34,77 triliun. Nilai itu setara 19,4% dari target tahun 2021 yang sebesar US$ 12,38 miliar atau sekitar Rp 179,37 triliun.
"Tentu saja upaya menarik investor akan terus kita lakukan," ujar Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam konferensi pers, Senin (26/04/2021).
Lebih lanjut, dia mengatakan sejauh ini semua elemen yang menangani hulu migas terus berupaya agar bisa mencapai target jangka panjang. Industri hulu migas secara global, menurut Dwi, dipengaruhi beberapa faktor.
Pertama, masalah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung. Kedua, fluktuasi harga minyak.
"Fluktuasi harga minyak sudah positif diharapkan jadi stimulus investasi, dan tren investasi global persaingan antarnegara kuat potensi investor memilih negara-negara tertentu," ujar Dwi.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investasi Migas 2022 Ditargetkan Melesat ke Rp 189 T, Yakin?
