
Gerai Matahari, Giant, Centro pada Tutup, Ini Biang Keroknya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Satu per satu usaha ritel di Indonesia mulai kehabisan napas. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) jadi penyebabnya.
PT Hero Supermarket Tbk (HERO) perusahaan pengelola gerai ritel Giant misalnya, menutup gerainya di Depok (Jawa Barat) dan Kalibata (Jakarta Selatan). Selain Giant, emiten ritel milik Grup Lippo, PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF) juga berencana menutup 13 gerai pada tahun ini. Dampak pandemi juga dirasakan emiten toko ritel lainnya yakni pengelola jaringan ritel Centro, PT Tozy Sentosa yang menutup gerai di Bintaro (Tangerang Selatan) dan Plaza Ambarrukmo (Yogyakarta).
Roy Nicholas Mandey, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), mengungkapkan bahwa kemungkinan ada satu toko ritel tutup setiap harinya. Permintaan yang masih lemah menjadi penyebab pengusaha ritel sulit menanggung beban.
"Setiap hari kami hitung dari sisi asosiasi, hampir satu toko tutup setiap hari di seluruh Indonesia termasuk di Bali. Kalau kita lihat tiga bulan ini, sudah ada 90 toko yang tutup termasuk minimarket, supermarket, department store, maupun juga tenant," paparnya belum lama ini.
Industri ritel memang sangat terdampak oleh pandemi. Ritel adalah usaha yang mengedepankan pelayanan langsung, bertatap muka dengan konsumen. Selain menjual barang, usaha ritel juga menawarkan pelayanan dan interaksi antar-manusia.
Ini yang susah. Pada masa pandemi, yang namanya interaksi dan kontak antar-manusia justru harus ditekan seminimal mungkin. Jargon #dirumah aja masih menggema meski pandemi sudah lebih dari setahun.
Pemerintah di berbagai negara mengedepankan kebijakan pembatasan sosial (social distancing) untuk menekan penyebaran virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut. Di Indonesia, saat ini masih berlaku kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Halaman Selanjutnya --> Masyarakat Masih Memilih #dirumahaja
Masyarakat, baik karena mengikuti anjuran pemerintah atau kesadaran sendiri, masih membatasi aktivitas di luar rumah. Mengutip data Covid-19 Community Mobility Report dari Google, kegiatan warga 62 di dalam rumah masih lebih tinggi dibandingkan saat normal.
Sementara aktivitas di luar rumah masih minim, termasuk di tempat perbelanjaan ritel. Minimnya kunjungan ini tertu berdampak ke pendapatan pengusaha sehingga harus ada efisiensi dengan menutup sebagian gerai.
Kunjungan masyarakat ke tempat perbelanjaan ritel sudah nyata membuat penjualan anjlok. Ini terlihat jelas di data penjualan ritel yang dirilis Bank Indonesia (BI).
Pada Februari 2021, penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Februari 2020 sebesar 117,1. Turun 2,7% secara bulanan (month-to-month/mtm) dan anjlok 18,1% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Secara bulanan, pencapaian Februari 2021 lebih baik ketimbang bulan sebelumnya yang terkontraksi 4,3% mtm. Namun secara tahunan, kontraksinya lebih dalam karena Januari 2021 pertumbuhannya adalah -16,4% yoy.
Pada Maret 2021, BI memperkirakan penjualan ritel sudah tumbuh positif 2,9% mtm. Jika terwujud, maka akan menjadi pertumbuhan positif pertama sejak Desember 2020.
Namun secara yoy, penjualan ritel masih terkontraksi. Pada Maret 2021, penjualan ritel diperkirakan tumbuh -17,1% yoy.
Halaman Selanjutnya --> Vaksinasi Kudu Digejot Lagi
Selama hidup belum normal seperlu dulu sulit berharap penjualan ritel tumbuh positif. Kontraksi penjualan ritel masih akan menghiasi.
Oleh karena itu, Indonesia harus lebih menggenjot vaksinasi. Dengan vaksin, diharapkan akan terbentuk sistem imun tubuh untuk menghalau serangan virus corona.
Per 25 April 2021, jumlah vaksin yang sudah disuntikkan ke lengan rakyat Indonesia adalah 18,57 juta dosis. Sementara jumlah penduduk yang sudah menerima vaksinasi penuh (dua dosis) adalah 6,83 juta orang, Indonesia berada di peringkat enam dunia.
Namun ingat, target vaksinasi adalah mencapai kekebalan kolektif (herd immunity) yang akan terwujud saat sebagian besar populasi sudah disuntik vaksin. Ketika herd immunity terjadi, maka rantai penularan akan terputus sehingga pandemi bisa diakhiri.
Per 25 April 2021, baru 2,5% penduduk Indonesia yang sudah mendapatkan vaksinasi penuh. Masih jauh dari target 60-70% untuk menciptakan herd immunity.
Persoalan menjadi pelik karena pasokan vaksin semakin terbatas. Keterbatasan pasokan ini mendorong pemerintah untuk mengatur ulang pelaksanaan vaksinasi sehingga tidak bisa secepat dulu.
Pada 25 April 2021, rata-rata tujuh harian vaksinasi di Indonesia adalah 244.617 dosis/hari. Jauh dari target yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yaitu 1 juta dosis/hari.
So, untuk membuat mobilitas masyarakat pulih maka laju vaksinasi harus dipercepat. Namun masalahnya, sekarang ketersediaan vaksin tidak melimpah ruah sehingga untuk menjaga vaksinasi bisa terlaksana setiap hari maka jumlahnya harus dikurangi.
Jadi, kuncinya adalah pasokan vaksin memang harus ditambah. Tentu bukan urusan gampang...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penjualan Ritel Tumbuh Melambat di Juni, Tapi Minus di Juli