
Tak ada Angin Tak ada Hujan, RI Terancam Impor Ayam!

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah terbiasa dengan beragam impor pangan, mulai dari gula, garam hingga daging sapi, kini Indonesia terancam harus melakukan impor daging ayam. Selama ini harga ayam domestik yang mahal dijadikan sebagai salah satu alasan mengapa RI harus bersiap dengan impor ayam.
Sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, kebutuhan akan ayam setiap tahunnya meningkat. Hal ini harus diimbangi dengan peningkatan produksi.
Namun masalahnya kenaikan ongkos produksi membuat harga ayam domestik melambung tinggi. Bahkan bisa lebih mahal dari negara lain.
Di Malaysia contohnya, harga satu kilogram daging ayam dibanderol di Rp 25.000-48.000/kg. Sementara di Indonesia harga satu kilogram daging ayam berkisar di Rp 30.000-60.000/kg.
Harga ayam di Tanah Air kisarannya hanya lebih rendah dari Filipina dan Vietnam. Di mana kedua negara tersebut pola konsumsi masyarakatnya lebih condong ke daging babi.
Harga daging ayam dalam negeri yang jauh lebih tinggi dibanding negara-negara lain juga terkonfirmasi oleh pernyataan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Syailendra. Lalu mengapa ini terjadi?
Apa yang membuat harga daging ayam nasional jauh lebih tinggi dibanding negara lain adalah biaya produksi terutama pakan yang terus meningkat. Salah satu bahan baku untuk pakan adalah jagung.
Harga jagung yang terus melambung membuat biaya produksi meningkat. Belum lagi harga jagung di Indonesia bahkan tiga kali lebih tinggi dibanding rata-rata harga jagung internasional.
Inilah yang membuat Syailendra mengatakan bahwa industri ayam dalam negeri kalah saing dengan negara lain. Persoalan harga pakan dan DOC atau anakan ayam di dalam negeri mahal. Harga pakan mahal disebabkan harga bahan bakunya, yaitu jagung yang juga mahal.
"Persoalan sekarang, pakan itu kenaikannya sudah cukup tinggi. Bahkan menurut hitungan kami dalam berapa bulan terakhir naik hampir 30%," kata Syailendra dalam diskusi online bertajuk 'Harga Jagung Melambung', yang diselenggarakan Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi, seperti dikutip Jumat (23/4/2021).
Dia mengatakan, harga pangan berkontribusi 45-50% dari harga ayam broiler. Dia mengatakan, selama ini Indonesia masih menahan masuknya ayam impor.
Selama ini impor lebih digunakan untuk mendatangkan indukan atau Grand Parents Stock (GPS) yang volumenya cenderung berfluktuasi karena sangat tergantung perhitungan pemerintah. Sejak 2017, impor unggas cenderung berada di bawah 1.000 ton. Pihak swasta tidak diperbolehkan untuk mengimpor sendiri.
"Kita tidak tahu apakah akan mengulur dari setahun atau setahun setengah. Tapi daging ayam murah akan masuk. Kalau kita tidak mempersiapkan diri di dalam negeri, dengan DOC tinggi dan pakan tidak bersaing," jelasnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Terancam Diserbu Daging Ayam Impor, Sudah Lampu Kuning!