
Kala 'Tsunami' Corona India Bikin Rontok Pasar Dunia

Perkembangan pandemi yang mengerikan di India berdampak luas. Pasar keuangan dunia ikut grogi.
Khawatir akan 'tsunami' corona di India, investor di pasar keuangan memilih bermain aman. Aset-aset berisiko, terutama di negara berkembang, mengalami tekanan jual.
Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutp melemah 0,75% pada 21 April 2021. Investor asing membukukan jual bersih 577,68 miliar.
Sementara di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) surat utang seri acuan tenor 10 tahun naik1,2 basis poin (bps) menjadi 6,44%. Kenaikan yield menandakan harga obligasi sedang turun karena maraknya aksi jual.
Aksi 'buang' di psar saham dan obligasi membuat nilai tukar rupiah melemah. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), mata uang Tanah Air terdepresiasi 0,21% ke Rp 14.525/US$ di perdagangan pasar spot.
"Kita belum keluar dari hutan belantara pandemi virus corona. Antusiame terhadap dibukanya kembali aktivitas publik mulai mereda," tutur Michael James, Managing Direkctor di Wedbush Securities yang berbasis di Los Angeles (AS), seperti dikutip dari Reuters.
India menjadi penting karena merupakan salah satu kekuatan ekonomi terbesar dunia. Pada 2020, nilai output ekonomi India adalah US$ 2,59 triliun, berada di peringkat enam dunia.
Di level Asia, India pun masuk papan atas. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Anak Benua hanya kalah dari China dan Jepang.
Ketika India terpaksa 'digembok' untuk meredam penyebaran virus corona, maka aktivitas dan mobilitas masyarakat akan sangat terbatas. Ini tentu membuat prospek perekonomian India jadi samar-samar, risiko ke bawah (downside risk) sangat tinggi.
Dengan status sebagai kekuatan ekonomi terbesar keenam dunia dan ketiga Asia, derita India tentu akan berdampak ke negara-negara lain. Minimal ekspor ke India bakal sulit karena permintaan pasti anjlok. So, India kemungkinan dapat menyeret perekonomian dunia menjadi tumbuh lebih rendah.
Persepsi semacam ini membuat pelaku pasar agak ragu. Daripada ragu dan kemudian rugi, lebih baik jangan terlalu dalam mengambil posisi. Akibatnya, aliran modal yang masuk ke aset berisiko di negara berkembang Asia menjadi seret, termasuk ke Indonesia.
Halaman Selanjutnya --> Pasar Komoditas Guncang
(aji/aji)