
PPKM Diperpanjang (Lagi), Bisakan Ekonomi RI Bersemi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah resmi memperpanjang kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro hingga 3 Mei 2021. Apakah kebijakan ini ampuh untuk meredam penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19)? Apakah kebijakan ini membuat ekonomi Indonesia sengsara?
PPKM Mikro Tahap VI memasukkan lima provinsi baru yakni Sumatera Barat, Jambi, Bangka Belitung, Lampung, dan Kalimantan Barat. Plus, pemerintah memperkenalkan dua kebijakan baru.
Pertama adalah Program Pengungkit Ekonomi untuk meningkatkan konsumsi masyarakat yang terdiri dari:
- Pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) secara penuh tanpa dicicil paling lambat H-7.
- Pemberian THR untuk Aparat Sipil Negara (ASN) dan TNI/Polri paling lambat H-10.
- Percepatan program Perlindungan Sosial dan Kartu Sembako yang semestinya pada Mei-Juni 2021 menjadi awal Mei 2021.
Kebijakan kedua adalah mendorong permintaan (demand) yang terdiri dari:
- Kampanye Berbagi Kiriman untuk Keluarga di Rumah.
- Program Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) di mana bebas ongkos kirim ditanggung pemerintah pada H-10 hingga H-6.
- Program penyaluran Bantuan Sosial berupa beras masing-masing 10 kg, peserta Kartu Sembako sekitar 8,8 juta penerima masing-masing 10 kg, dan peserta Bansos Tunai sebanyak 10 juta penerima masing-masing 10 kg.
PPKM diterapkan mulai 11 Januari 2021, berlaku selama dua mingguan dan sampai saat ini terus diperpanjang. Pada PPKM I (11-25 Januari 2021), rata-rata pasien positif corona di Tanah Air bertambah 11.415 orang setiap harinya. Pada PPKM II (26 Januari-8 Februari 2021), angkanya memang naik menjadi 11.916 orang per hari.
Namun pada PPKM III (9-22 Februari 2021) yang mulai disebut PPKM Mikro, rerata tambahan kasus positif turun drastis menjadi 8.768 orang per hari. Pada PPKM Mikro II (23 Februari (23 Februari-8 Maret 2021), rata-rata tambahan pasien positif turun lagi ke 6.980 orang setiap harinya.
Lalu pada PPM Mikro III (9-22 Maret 2021), rata-rata tambahan pasien positif kembali berkurang menjadi 5.669 orang per hari. Kemudian pada PPKM Mikro IV (23 Maret-5 April 2021), angkanya kembali turun menjadi 5.146 orang per hari. Terakhir pada PPKM Mikro V (6-19 April 2021), turun lagi menjadi 5.096 orang per hari.
So, PPKM telah berhasil mencapai tujuan dasarnya yaitu menekan penambahan kasus positif. Ini tentu patut mendapat apresiasi, karena di berbagai negara kasus malah meledak lagi, seperti di India.
Halaman Selanjutnya --> Keyakinan Masyarakat Menebal
Di sisi lain, yang juga layak mendapat acungan jempol, adalah PPKM tetap menjaga keseimbangan dengan aspek ekonomi. Sebab, setiap fase PPKM ada kebijakan baru yang membuat ekonomi bisa bergerak, meski tetap ada batasan.
Misalnya di PPKM Mikro IV, kegiatan belajar-mengajar sudah bisa dilakukan tatap muka. Aktivitas seni-budaya juga sudah diizinkan dengan kapasitas maksimal 25%, sebelumnya tidak boleh sama sekali.
![]() |
"Penurunan kurva kasus nasional, baik secara jumlah maupun persentasenya, dan peningkatan tingkat kesembuhan, merupakan pengaruh positif dari pelaksanaan PPKM Mikro. Kami berharap PPKM dan vaksinasi beriringan bisa menekan lebih rendah dan fatality rate bisa ditekan sehingga meningkatkan confidence kegiatan ekonomi," papar Airlangga Hartarto, Menko Perekonomian yang juga Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN).
Ya, memang ada pertanda masyarakat sudah mulai percaya diri dalam menatap perekonomian. Bank Indonesia (BI) mengumumkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Maret 2021 berada di 93,4. Meningkat dibandingkan dengan 85,8 dan 84,9 pada Februari dan Januari 2021 dan mencatat rekor tertinggi sejak Desember 2020.
IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Kalau masih di bawah 100, maka artinya konsumen cenderung pesimistis memandang perekonomian saat ini hingga enam bulan mendatang.
Meski masih di bawah 100, tetapi terlihat IKK dalam tren meningkat. Jika keyakinan ini bisa dijaga, atau bahkan ditingkatkan, maka bukan tidak mungkin pada bulan-bulan mendatang sudah bisa menembus level 100.
"Responden menyampaikan bahwa perkembangan program vaksinasi dalam rangka penanganan pandemi Covid-19 yang berjalan lancar turut mendorong penguatan persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi," sebut laporan BI.
Halaman Selanjutnya --> Pengusaha Bergairah
Tidak hanya rumah tangga, dunia usaha pun bergairah. Ini terlihat dari data Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur yang pada Maret 2021 mencapai 53,2. Ini adalah pencapaian tertinggi sepanjang sejarah pencatatan PMI manufaktur.
"Sektor manufaktur Indonesia mengakhiri kuartal I-2021 dengan rekor tertinggi, di mana perusahaan menggenjot produksi sebagai respons atas peningkatan permintaan. Hasil positif ini memberi harapan bahwa sektor manufaktur akan menjalani tren kenaikan. Dengan kapasitas produksi yang terus bertambah, pasar tenaga kerja mulai stabil dan jika beban kerja terus bertambah maka kita akan melihat pertumbuhan penyerapan tenaga kerja," papar Andrew Harker, Economics Director di IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.
Gairah dunia usaha pun terlihat dari peningkatan impor. Impor Indonesia didominasi oleh bahan baku/penolong dan bahan baku untuk keperluan industri dalam negeri. Pada Maret 2021, impor bahan baku/penolong melesat 25,82% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) dan barang modal melesat 33,7% yoy.
![]() |
"Kita berharap pertumbuhan double digit ini menunjukkan bahwa geliat manufaktur dan investasi mulai pulih. Kita harapkan geliat ini tetap terjaga pada triwulan II dan berikutnya sehingga ekonomi pulih pada 2021," kata Suhariyanto, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS).
Oleh karena itu, PPKM sepertinya bisa memberi keseimbangan antara penanganan kesehatan dan pemulihan ekonomi. Semoga di PPKM VI ini perkembangannya lebih baik lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Jangan PPKM Ketat! Ini Caranya Bikin Covid-19 Endgame