KFC Masih 'Berdarah-darah', Beneran Ekonomi Pulih?

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
16 April 2021 17:15
Infografis/ Markasnya 'Dikepung' Pekerja, Seberapa Parah Keuangan KFC?/Aristya Rahadian
Foto: Infografis/ Markasnya 'Dikepung' Pekerja, Seberapa Parah Keuangan KFC?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha Waralaba menceritakan sulitnya menjalankan bisnis di tengah krisis pandemi Covid-19. Mulai dari harus menutup gerai sampai harus memberhentikan ratusan karyawannya. Hal itu terjadi pada salah satu bisnis waralaba, KFC Indonesia.

Ketua Komite Tetap Kadin, sekaligus Ketua Umum Waralaba Indonesia, Levit Ginting Supit mengatakan sejak 2020 banyak pengusaha untuk survive dengan berbagai macam cara.

"Begitu juga yang terjadi pada PT Fast Food Indonesia yang memegang waralaba KFC Indonesia, dia mengurangi tenaga kerja hampir 900 orang," jelas Levit dalam program Power Lunch CNBC Indonesia, Jumat (16/4/2021).

"Udah gitu mereka juga melakukan pengurangan sekitar 10 gerai. Yang dilakukan itu salah satu cara bisnis tersebut bisa bertahan. Bukan hanya KFC, tapi bisnis lainnya juga," kata Levit melanjutkan.

Seperti diketahui, KFC di Indonesia yang sejak 2020 sempat menutup sementara gerai, pemotongan gaji pekerja, merumahkan pekerja, hingga keuangan yang rugi besar, sampai didemo pekerjanya.

Senin pekan ini (12/4), kalangan buruh yang tergabung dalam Solidaritas Perjuangan Buruh Indonesia (SPBI) SBT PT Fast Food Indonesia Tbk menggelar aksi demonstrasi di depan gerai KFC Gelael, MT Haryono, Jakarta, yang juga sebagai lokasi kantor pusat.

Para pekerja mendesak Fast Food mengeluarkan kebijakan pembayaran upah sebagaimana mestinya dan mengembalikan upah yang selama ini ditahan oleh perusahaan.

Hingga saat ini, perusahaan belum merilis kinerja keuangan tahunan per Desember 2020. Laporan keuangan yang disajikan perusahaan hanya per September 2020 alias 9 bulan.

Pada periode Januari hingga kuartal III-2020 ini, emiten berkode saham FAST tersebut membukukan rugi periode berjalan sebesar Rp 298,34 miliar, berbanding terbalik dari September 2019 yang mencatat laba bersih sebesar Rp 175,70 miliar.

Kerugian tersebut dialami seiring dengan pendapatan FAST yang anjlok 28,47% secara tahunan menjadi hanya Rp 3,59 triliun dari September 2019 yakni sebesar Rp 5,01 triliun.

Pendapatan terbesar masih didominasi penjualan makanan dan minuman kepada pihak ketiga yang berkontribusi sebesar Rp 3,54 triliun, turun dari sebelumnya Rp 4,94 triliun, diikuti dengan penjualan konsinyasi CD sebesar Rp 41,50 miliar hingga akhir kuartal ketiga 2020 dari sebelumnya Rp 68,83 miliar.

Adapun berdasarkan segmen geografis, pendapatan perseroan paling banyak berasal dari restaurant support center (RSC) Jakarta yang berkontribusi Rp 1,28 triliun, diikuti oleh RSC lain senilai Rp 1,11 triliun, dan RSC Makassar sebesar Rp 417,35 miliar.

Berdasarkan penjelasan di laporan keuangan, manajemen FAST menyatakan, perusahaan telah dan mungkin akan terus terpengaruh oleh penyebaran virus Covid-19.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nasib Sial KFC Sudah Berdarah-Darah, 'Dikepung' Pekerja!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular