China-Vietnam-Singapura 'Lulus' Resesi, Kapan Giliran RI?

Jakarta, CNBC Indonesia - China baru saja merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal I-2021. Angkanya fantastis, mencapai 18,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Realisasi itu sedikit lebih rendah ketimbang ekspektasi pasar, konsensus Reuters memperkirakan di 19% yoy. Meski begitu, pertumbuhan 18,3% adalah yang tertinggi sepanjang sejarah pencatatan pertumbuhan ekonomi di Negeri Tirai Bambu.
Perekonomian China bangkit cukup cepat dari hantaman pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang menghancurkan dunia. Terhitung hanya satu kuartal Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Panda mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif yaitu pada kuartal I-2020. Selebihnya ekonomi terus tumbuh positif bahkan lajunya semakin cepat.
Oleh karena itu, China adalah satu dari sedikit negara yang tidak mengalami resesi (yang ditandai dengan kontraksi PDB selama dua kuartal beruntun). China, bersama Amerika Serikat (AS), kini menjadi motor utama pendorong pertumbuhan ekonomi dunia.
Negara lain yang juga anti-resesi adalah Vietnam. Pada kuartal I-2021, Negeri Paman Ho mencatatkan pertumbuhan ekonomi 4,48% yoy.
Bahkan Vietnam lebih sangar ketimbang China. Kalau China sempat merasakan kontraksi ekonomi walau hanya satu kuartal, Vietnam sama sekali tidak. Sepanjang masa pandemi, PDB Vietnam terus tumbuh positif meski sempat melambat.
Saat China dan Vietnam anti-resesi, ada negara lain yang juga mencatat prestasi mengesankan yaitu sudah keluar dari 'jurang' resesi. Salah satu negara yang sudah tidak lagi resesi adalah Singapura.
Pada kuartal I-2021, PDB Negeri Singa tumbuh 0,2% yoy. Ini mengakhiri rentetan kontraksi yang terjadi selama tiga kuartal sebelumnya.
Halaman Selanjutnya --> Maaf, Sepertinya Resesi Belum Mau Pergi