
Xie Xie, Kamerad Xi! PDB China To the Moon, RI Ikut Menikmati

Jakarta, CNBC Indonesia - China telah mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi kuartal I-2021. Hasilnya sangat impresif, meski sedikit lebih rendah dari ekspektasi.
Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Panda pada tiga bulan pertama 2021 tumbuh 19% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Realisasinya ternyata di 18,3% yoy.
Meski lebih rendah dari proyeksi, tetapi angka 18,3% tetap menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah pencatatan pertumbuhan ekonomi di China. Bahkan lebih tinggi dibandingkan pada dekade 2000-an, kala China mulai menarik perhatian dunia dengan pertumbuhan ekonomi dua digit hampir setiap kuartalnya.
"Di bawah kepemimpinan Komite Sentral Partai Komunis China yang kuat dengan Kamerad Xi Jinping sebagai pusatnya, upaya seluruh daerah dan kementerian dalam mengkoordinasikan pengendalian pandemi dan pembangunan terus membuahkan hasil. Industri dan ekspor tumbuh tinggi, investasi dan konsumsi pulih dengan stabil, penciptaan lapangan kerja dan harga-harga secara umum terkendali, kebutuhan dasar rakyat terpenuhi, perekonomian nasional menjalani pemulihan yang berkelanjutan," papar keterangan tertulis Biro Statistik Nasional China.
China adalah negara pertama yang merasakan dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Maklum, virus mematikan itu kali pertama mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei.
Respons pemerintah China cukup tanggap dan cepat. Pada kuartal I-2020, saat kehidupan negara lain masih relatif normal, China sudah menerapkan karantina wilayah (lockdown) ketat, terutama di wilayah-wilayah terdampak. Ini yang membuat ekonomi China menyusut 6,8% yoy pada periode itu.
Namun selepas itu, China langsung bangkit. Pada kuartal II-2020, PDB China sudah kembali tumbuh positif. Negeri Tirai Bambu tidak pernah merasakan resesi, yang ditandai dengan kontraksi (pertumbuhan negatif) PDB dua kuartal beruntun.
Pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi pada kuartal I-2020 juga dipengaruhi oleh faktor rendahnya basis penghitungan. Pada kuartal I-2020 (yang dijadikan pembanding) ekonomi China memasuki 'kerak neraka', sehingga perbaikan sedikit saja akan membuat angkanya mengangkasa. Dalam dunia statistik, ini disebut low base effect.
"Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, pertumbuhan yoy begitu tinggi karena basis yang rendah pada 2020. Namun setelah menghilangkan efek basis yang rendah itu, tetap tercipta pertumbuhan yang stabil dalam kisaran yang cukup baik," lanjut keterangan tertulis Biro Statistik Nasional China.