Penjualan Mobil India Naik 115%, Vietnam 61%, RI Kok 10% Aja?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 April 2021 10:45
Dealer Mobil (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Showroom Mobil (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah lama 'tiarap', akhirnya penjualan mobil di Indonesia tumbuh positif. Namun laju pertumbuhannya masih minim dibandingkan negara-negara lain.

Pada Maret 2021, penjualan mobil di Tanah Air tumbuh 10,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Ini menjadi pertumbuhan positif pertama sejak Juni 2019.

Sepertinya penjualan mobil terdongkrak oleh stimulus yang diberikan pemerintah dan bank sentral. Mulai 1 Maret 2021, Bank Indonesia (BI) mengizinkan pembelian mobil baru tanpa uang muka alias down payment (DP) 0%. Calon pembeli cukup membayar cicilan bulanan saja.

Sementara pemerintah membebaskan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk mobil dengan penggerak 4x2 dan kapasitas mesin maksimal 1.500 cc. Plus, harus memiliki Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) minimal 70%.

Hasilnya impresif. Penjualan mobil pada Maret 2021 mencapai 84.910 unit, tertinggi sejak Desember 2019. Sedikit demi sedikit, penjualan mobil mulai pulih ke level sebelum pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Halaman Selanjutnya --> Pertumbuhan 10,5% Ternyata Tidak Ada Apa-apanya

Pertumbuhan 10,5% memang patut disyukuri, apalagi setelah lebih dari setahun terkontraksi. Namun kalau dibandingkan negara-negara lain, ternyata pertumbuhan 10,5% tidak ada apa-apanya.

Mengutip catatan MarkLines, Italia menjadi negara dengan pertumbuhan penjualan mobil paling impresif yaitu hampir 500% yoy. Sementara di tingkat Asia, India menjadi juara dengan pertumbuhan 115,2% yoy.

Apa yang membuat pertumbuhan penjualan mobil di Indonesia tidak setinggi negara-negara lain?

Harus diingat, ini adalah penjualan Maret 2021 dibandingkan Maret 2020. Situasi Maret 2020 di setiap negara berbeda-beda.

Pada Maret tahun lalu, virus corona sedang ganas-ganasnya meneror Eropa. Italia adalah salah satu negara yang terdampak paling parah. Saat masa-masa awal pandemi, Italia sempat menjadi negara dengan kasus kedua terbanyak di dunia, hanya kalah dari China yang merupakan episentrum pandemi.

Pemerintah Italia yang kala itu di bawah kendali Perdana Menteri Giuseppe Conte menerapkan karantina wilayah (lockdown) pada Maret 2020. Kota-kota menjadi mati, tidak ada aktivitas publik kecuali di sektor vital. Akibatnya, penjualan mobil di Negeri Spageti ambles 85,4%.

Setahun kemudian, kondisi sudah jauh membaik. Vaksin anti-virus corona sudah hadir, dan 'keran' aktivitas publik mulai dibuka. Mobilitas rakyat Italia pun meningkat sehingga penjualan mobil terangkat.

Ingat, penjualan mobil di Italia pada Maret 2020 ambles sangat dalam. Jadi ketika ada kenaikan sedikit saja, maka pertumbuhannya akan signifikan. Dalam dunia statistik, ini disebut low base effect.

Tidak hanya di Italia, negara-negara lain pun banyak yang sudah memberlakukan lockdown pada Maret 2020. India, misalnya, Perdana Menteri Narendra Modi memberlakukan lockdown skala nasional pada 24 Maret 2021. Jadi tidak heran pertumbuhan penjualan mobil pada Maret 2021 menjadi begitu tinggi.

Situasi di Indonesia agak berbeda. Presiden Joko Widodo (Jokowi) memang mengumumkan kasus pertama Covid-19 pada 1 Maret 2020, tetapi kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) baru berlaku pada 1 April 2021. Jadi selama Maret 2020 praktis belum ada upaya pengendalian mobilitas yang signifikan sehingga penjualan mobil masih bisa di atas 70.000 unit.

Oleh karena itu, tidak heran pertumbuhan penjualan mobil di Indonesia lebih rendah ketimbang negara-negara lain. Perbedaan ini ditentukan oleh waktu penerapan kebijakan pengendalian pandemi di masing-masing negara yang berbeda.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular