
Geger Dunia Persilatan, Awas Perang Rusia vs AS & NATO

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertikaian dua negara adi daya, Amerika Serikat (AS) dan Rusia makin meningkat. Rusia bahkan mengultimatum kapal perang AS untuk menjauhi Krimea, area di antara Rusia dan Ukraina.
Hal ini terkait konflik perebutan wilayah antara Moskow dan sejumlah milisi yang disokong dengan Kiev. Rusia dalam beberapa hari terakhir menerjunkan 14.000 pasukan di dekat perbatasan kedua negara, yang memprovokasi bentrokan antara tentara Ukraina dengan milisi pro Rusia.
Ini membuat membuat Ukraina meminta bantuan ke Barat. AS serta NATO sepakat mengirimkan dua kapal perang pekan ini ke area 'panas' itu.
Rusia mengatakan, AS harus mundur demi kebaikannya sendiri. Tentara Presiden Joe Biden dianggap pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin, tengah melakukan provokasi di Laut Hitam.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov memperingatkan kapal perang AS menjaga jarak. Ia berujar risiko insiden yang tidak ditentukan sangat tinggi.
"Kami memperingatkan AS akan lebih baik untuk mereka menjauh," kata Ryabkov sebagaimana dilaporkan Reuters, Selasa (14/4/2021).
Ia pun memastikan negerinya akan melakukan segala macam cara untuk memastikan keselamatan keamanan dan warganya. Namun Barat akan bertanggung jawab sepenuhnya.
"Jika ada kejengkelan, kami tentu akan melakukan segalanya," tegasnya lagi.
AS menolak untuk membahas penempatan kapal. Paman Sam hanya mengatakan bahwa militer mereka secara rutin mengirim kapal ke wilayah tersebut.
Namun dalam pertemuan sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan NATO sepakat bahwa tindakan Rusia yang menerjunkan militer justru sumber provokasi awal.
"Rusia harus mengakhiri militer di sekitar Ukraina," kata Sekretaris NATO, Jens Stoltenberg.
Russia sendiri sudah mencaplok Krimea dari Ukraina pada 2014 silam. Ini menimbulkan kegoncangan politik di negeri itu, dengan munculnya separatis pro-Rusia di wilayah Donetsk dan Lugans.
Bentrokan serius kerap terjadi. Sebanyak 13.000 jiwa telah melayang.
Namun pertempuran kian memanas di awal 2021, dengan melibatkan tembakan altileri dan bom. Ukraina meminta AS dan NATO untuk memberi sanksi ekonomi lebih besar, guna menghentikan Rusia.
Pengamat mengatakan, Moskow sedang menguji Biden untuk melihat seberapa jauh dia bersedia untuk membela sekutu Washington dan menghadapi Rusia. Biden menyinggung peretasan di Rusia bulan lalu dengan menyetujui "deskripsi" bahwa Putin adalah seorang "pembunuh".
"Ini adalah titik terendah baru dalam hubungan antara Rusia dan NATO (termasuk AS) ... momen terburuk sejak berakhirnya Perang Dingin," kata analis militer Kashin.
"Retorika dari Moskow sangat luar biasa, belum pernah mendengarnya pada intensitas ini sejak 2014 dan aneksasi Krimea," kata Timothy Ash, seorang analis di grup Manajemen Aset BlueBay yang berbasis di London.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas Putin Ngamuk! Alasan Rusia Panggil Pulang Dubes dari AS