
Alamak! Ada 180 Ribu Bukti Kekejaman Junta Militer Myanmar

Jakarta, CNBC Indonesia - Komite untuk Mewakili Pyidaungsu Hluttaw (CRPH) mengatakan pada Rabu (6/4/2021) bahwa mereka telah mengumpulkan 180.000 bukti yang menunjukkan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) oleh junta. Hal ini termasuk penyiksaan dan pembunuhan di luar hukum.
Dikutip AFP, kelompok anggota parlemen dari partai Liga Nasional Untuk Demokrasi (NLD) yang digulingkan militer pada kudeta 1 Februari lalu itu menyebut bahwa mereka sedang mengirim pengacaranya untuk bertemu dengan penyelidik PBB. Ini guna membahas dugaan kekejaman yang dilakukan oleh junta.
"CRPH telah menerima 180.000 item bukti. Bukti ini menunjukkan pelanggaran HAM skala luas oleh militer," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.
Mereka termasuk lebih dari 540 eksekusi di luar hukum, 10 kematian tahanan dalam tahanan, penyiksaan, penahanan ilegal dan penggunaan kekuatan yang tidak proporsional terhadap protes damai, kata pernyataan itu.
Demonstrasi yang menyerukan kembalinya demokrasi dan pembebasan Suu Kyi dari tahanan telah mengguncang Myanmar hampir setiap hari sejak kudeta.
Pegawai negeri sipil, dokter dan pekerja kunci lainnya telah ambil bagian dalam gerakan pembangkangan sipil yang bertujuan untuk mencegah militer menjalankan negara.
Sebagai tanggapan, pasukan keamanan telah menggunakan peluru karet dan peluru tajam untuk membubarkan demonstrasi dan menahan ribuan aktivis, beberapa dalam penggerebekan malam.
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), sebuah kelompok pemantau lokal, mengatakan 581 warga sipil telah tewas dalam tindakan keras itu dan lebih dari 2.700 ditangkap. Dari jumlah korban tewas itu, 50 adalah anak-anak.
Negara itu berada dalam kekacauan sejak tentara menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi pada 1 Februari, dengan hampir 600 orang tewas dalam tindakan keras terhadap protes anti-kudeta.
Keadaan diperparah dengan pernyataan beberapa milisi etnis bersenjata di negara itu yang siap berperang melawan junta yang dianggap telah sewenang-wenang membunuh warga sipil yang menginginkan demokrasi di negara itu. Hal ini memunculkan kekhawatiran bahwa perang saudara sebentar lagi akan terjadi.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Myanmar Membara Lagi, Pro Junta Militer Diserang Granat