Andai THR Raib (Amit-amit), Ekonomi RI Resesi Lagi?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 March 2021 12:50
INFOGRAFIS, RI RESESI? Ini Mata Uang Yang Bisa Jadi Investasi
CNBC Indonesia/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih terus membawa duka bagi rakyat Indonesia. Jumlah orang yang jatuh sakit, bahkan meninggal dunia, terus bertambah. Di aspek ekonomi, nestapa pun belum berakhir.

Kementerian Kesehatan melaporkan, jumlah pasien positif corona di Tanah Air per 30 Maret 2021 adalah 1.505.775 orang. Bertambah 4.682 orang dibandingkan hari sebelumnya.

Sementara total pasien meninggal tercatat 40.754 orang. Bertambah 173 orang dari hari sebelumnya.

Memang betul bahwa pasien positif maupun angka kematian melandai. Namun bukan berarti semua baik-baik saja, pasien positif yang bertambah ribuan orang per hari dan yang tutup usia bertambah lebih dari seratus harus dipandang serius. Jangan lengah, jangan abai.

Memang sudah ada vaksin anti-virus corona, tetapi Indonesia masih jauh dari cita-cita membentuk kekebalan kolektif (herd immunity). Mengutip catatan Our World in Data, baru 1,2% populasi Indonesia yang sudah mendapatkan vaksinasi penuh per 28 Maret 2021. Herd immunity baru bisa tercipta saat sebagian besar populasi, setidaknya 60%, sudah divaksin dan membentuk sistem imun untuk melawan virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu.

coronaSumber: Our World in Data

Dengan vaksinasi yang masih relatif minim, rantai penularan belum bisa diputus. Data Bonza menyebutkan, tingkat reproduksi efektif (Rt) virus corona di 12 provinsi masih lebih dari 1. Artinya seorang pasien positif corona berisiko menulari orang lain.

Well, 12 provinsi bukan angka yang sedikit. Angka itu mewakili 35% dari seluruh provinsi di Indonesia.

Mungkin ini yang membuat pemerintah melarang aktivitas mudik lebaran. Mudik, yang merupakan puncak pergerakan masyarakat Ibu Pertiwi, akan membuat mobilitas semakin meningkat sehingga membuat risiko penyebaran virus semakin tinggi.

Halaman Selanjutnya --> Pengusaha Ngos-ngosan, THR Apa Kabar?

Sementara di sisi ekonomi, pandemi juga berdampak luar biasa. Pandemi yang diatasi dengan pembatasan sosial (social distancing) membuat ekonomi tertekan dari dua sisi sekaligus, pasokan dan permintaan.

Dunia usaha mengalami tekanan besar. Proses produksi terhambat karena sebagian pekerja masih bekerja di rumah (work from home), dan permintaan anjlok akibat sebagian masyarakat yang #dirumahaja.

Ini membuat keuangan banyak perusahaan 'berdarah-darah', belum ada ruang untuk berekspansi. Mengutip hasil Survei Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Perbankan periode Februari 2021 yang dirilis Bank Indonesia (BI), terlihat bahwa permintaan kredit oleh korporasi melambat. Pada Februari 2021, Saldo Bersih Tertimbang (SBT) berada di 8,2%, melandai dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 9,2%.

Sejumlah pengusaha mengungkap hal tersebut. Jangan kata ekspansi, bertahan hidup saja sudah ngos-ngosan.

Oleh karena itu, muncul wacana pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) tahun ini bakal terpengaruh. Bisa dicicil, ditunda, atau bahkan tidak diberikan sama sekali.

"Mayoritas perusahaan belum pulih normal cash flow-nya, kecuali perusahaan kesehatan, telekomunikasi, dan farmasi. Kemungkinan yang ideal harus ada kesepakatan antara karyawan dan manajemen perusahaan berbasiskan kemampuan cashflow," jelas Benny Soetrisno, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Eksportir Indonesia (GPEI).

"Mungkin masih ada perusahaan yang perlu meminta penangguhan THR," tambah Shinta Widjaja Kamdani, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo).

Halaman Selanjutnya --> THR adalah Kunci Pertumbuhan Ekonomi

THR, yang diberikan jelang Idul Fitri, adalah kunci peningkatan konsumsi rumah tangga di Indonesia. Setiap kuartal yang bertepatan dengan Idul Fitri, niscaya pertumbuhan ekonomi melambung tinggi. Dengan bekal THR, masyarakat meningkatkan konsumsi sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi.

Ingat, konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari 50% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Jadi saat konsumsi tumbuh, maka ekonomi secara keseluruhan akan mengikuti.

Idul Fitri tahun ini diperkirakan jatuh pada 12-13 Mei 2021, kuartal II. Apabila THR betul-betul mampet, bagaimana prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode tersebut?

Pada kuartal I-2021, kemungkinan PDB Indonesia masih tumbuh negatif alias terkontraksi. Prediksi Kementerian Keuangan ada di -0,1% hingga -1%.

Apakah pada kuartal II-2021, andai THR tidak ada, ekonomi Indonesia bisa minus lagi? Apakah Indonesia masih akan terjebak dalam resesi?

Sepertinya tidak. Perlu dicatat bahwa kuartal II-2020 sebagai pembanding adalah titik nadir. Kala itu, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi lebih dari 5%, terburuk sejak 1998.

Harus diakui bahwa kondisi saat ini sudah jauh membaik ketimbang kuartal II-2020. Ada beberapa data yang membuktikan itu.

Pertama adalah alokasi penghasilan masyarakat yang dipakai untuk konsumsi (prospensity to consume ratio). Pada 2020, rata-ratanya ada di 68,71%.

Namun dalam dua bulan pertama 2021, angkanya melonjak menjadi di atas 70%. Ini menunjukkan masyarakat sudah berani berbelanja dan mengurangi menabung sehingga diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.

Kedua, kali ini dari sisi dunia usaha, adalah aktivitas manufaktur yang dalam tren meningkat. Aktivitas manufaktur dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis oleh IHS Markit.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau di bawah 50, maka artinya dunia usaha dalam fase kontraksi, tidak ada ekspansi.

Rata-rata PMI manufaktur Indonesia pada 2020 adalah 44,69. Jauh di bawah 50.

Namun dalam dua bulan pertama 2021, PMI selalu di atas 50. Ini menandakan dunia usaha mulai ekspansif.

"Masih bertambahnya kasus Covid-19 memang menjadi gangguan dalam operasional perusahaan. Namun sektor manufaktur ternyata masih tangguh. Penciptaan lapangan kerja pun mulai normal. Oleh karena itu, korporasi optimistis terhadap prospek setahun ke depan karena yakin bahwa pandemi bisa diakhiri," sebut Andrew Harker, Economics Director di IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

So, kemungkinan besar pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 tidak akan negatif. Sepertinya resesi akan berakhir pada kuartal I-2021, tidak berlanjut ke kuartal berikutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular