
Andai THR Raib (Amit-amit), Ekonomi RI Resesi Lagi?

Sementara di sisi ekonomi, pandemi juga berdampak luar biasa. Pandemi yang diatasi dengan pembatasan sosial (social distancing) membuat ekonomi tertekan dari dua sisi sekaligus, pasokan dan permintaan.
Dunia usaha mengalami tekanan besar. Proses produksi terhambat karena sebagian pekerja masih bekerja di rumah (work from home), dan permintaan anjlok akibat sebagian masyarakat yang #dirumahaja.
Ini membuat keuangan banyak perusahaan 'berdarah-darah', belum ada ruang untuk berekspansi. Mengutip hasil Survei Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Perbankan periode Februari 2021 yang dirilis Bank Indonesia (BI), terlihat bahwa permintaan kredit oleh korporasi melambat. Pada Februari 2021, Saldo Bersih Tertimbang (SBT) berada di 8,2%, melandai dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 9,2%.
Sejumlah pengusaha mengungkap hal tersebut. Jangan kata ekspansi, bertahan hidup saja sudah ngos-ngosan.
Oleh karena itu, muncul wacana pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) tahun ini bakal terpengaruh. Bisa dicicil, ditunda, atau bahkan tidak diberikan sama sekali.
"Mayoritas perusahaan belum pulih normal cash flow-nya, kecuali perusahaan kesehatan, telekomunikasi, dan farmasi. Kemungkinan yang ideal harus ada kesepakatan antara karyawan dan manajemen perusahaan berbasiskan kemampuan cashflow," jelas Benny Soetrisno, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Eksportir Indonesia (GPEI).
"Mungkin masih ada perusahaan yang perlu meminta penangguhan THR," tambah Shinta Widjaja Kamdani, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo).
Halaman Selanjutnya --> THR adalah Kunci Pertumbuhan Ekonomi
(aji/aji)