
Innova-Fortuner Bebas Pajak, Siapa yang Untung?

Industri otomotif adalah salah satu penyumbang terbesar di sektor industri manufaktur alias pengolahan selain makanan-minuman, tekstil, petrokimia, dan elektronika. Otomotif adalah industri yang memiliki keterkaitan erat dengan berbagai sektor lainnya seperti baja, karet, kulit, sampai keuangan karena kredit masih menjadi pilihan untuk membeli kendaraan bermotor. Jadi, peningkatan penjualan mobil akan mendongrak berbagai sektor ekonomi lainnya.
Ketika permintaan mobil meningkat dan berbagai sektor bergerak, lapangan kerja baru akan tercipta. Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Perekonomian, menyebut sektor otomotif membuka jutaan lapangan kerja baik langsung maupun tidak langsung.
"Sektor otomotif memiliki 1,5 juta tenaga kerja langsung dan 4,5 juta tidak langsung. Ini memiliki 7.451 pabrik dan Rp 700 triliun sumbangan kepada PDB (Produk Domestik Bruto)," kata Airlangga belum lama ini.
Tidak cuma di sektor riil, kebijakan ini juga bakal terasa hingga ke sektor keuangan. Jika pembebasan PPnBM berhasil mengerek penjualan, maka saham emiten otomotif layak mendapat apresiasi sehingga prospek harganya menjanjikan.
Contoh, Verdhana dalam risetnya memperkirakan harga saham PT Astra International Tbk (ASII) bisa melonjak. Target harga untuk saham ASII bisa mencapai Rp 8.100.
Pada Rabu (24/3/2021) pukul 11:09 WIB, harga saham ASII adalah Rp 6.500. Kalau benar harga bisa menyentuh Rp 8.100, maka artinya ada potensi kenaikan 24,61%. Harga Rp 8.100 juga akan menjadi rekor tertinggi sejak Februari 2019.
"Astra akan menjadi pemenang sejati karena menguasai 100% segmen mobil 1.500-2.500 cc. Hanya Toyota Innova dan Fortuner yang memiliki TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) lebih dari 70%. Di insentif sebelumnya untuk mobil 1.500 cc, Astra menguasai dua pertiga pasar," sebut riset Verdhana.
Dengan PPnBM 0%, Verdhana memperkirakan harga Fortuner bisa turun sekitar Rp 100 juta. Ini setara dengan 2-3 tahun tanpa depresiasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)