
Anti-Asia Marak di Amerika, Kecemburuan Ekonomi Penyebabnya?

Paul Weiss dalam makalah berjudul A Rising Tide of Hate and Violence Against Asian Americans in New York During Covid-19 terbitan Asian American Bar Association of New York menulis bahwa sentimen ekonomi yang melatarbelakangi prasangka terhadap etinis Asia-Amerika sudah ada sejak lama. Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, ada gelombang sentimen anti Asia-Amerika karena etnis ini dipandang sebagai pesaing di pasar tenaga kerja. They took our jobs...
Pada dekade 1980-an, saat industri otomotof AS mengalami tekanan hebat, lagi-lagi etnis Asia-Amerika jadi kambing hitam. Sebab, saat itu mobil bikinan Jepang mulai mengancam industri mobil made in the USA.
Friksi ini sampai memakan korban jiwa. Vincent Chin, seorang warga Asia-Amerika, dikeroyok hingga tewas oleh Ronald Ebens (penyelia/supervisor di pabrik Chrysler, pabrikan mobil AS) dan Micahel Nitz (korban Pemutusan Hubungan Kerja/PHK di sebuah pabrik mobil).
Kehadiran virus corona, yang oleh mantan presiden Donald Trump disebut virus China, membuat prasangka terhadap etnis Asia-Amerika menjadi semakin buruk. Ditambah kecemburuan ekonomi yang sudah terjadi hitungan abad, ketegangan pun meruncing.
"Meningkatnya kebencian dan kekerasan terhadap etnis Asia-Amerika selama pandemi adalah sebuah reaksi atas ketidakpastian dan ketakutan. Salah satu bentuk respons yang dilakukan adalah dengan mengasosiasikan pandemi dengan kelompok tertentu.
"Perjuangan untuk keadilan harus terus berlanjut. Hukum menyediakan hak yang sama bagi semua warga negara, termasuk kepada etnis Asia-Amerika. Kita harus melucuti sikap rasisme dan xenophobia yang menghantui warga Asia-Amerika selama 200 tahun terakhir," tulis Weiss.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)