
Anti-Asia Marak di AS, Sosok Ini Dituding Jadi Biang Keroknya

Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Presiden AS, Donald Trump berulang kali mendeskripsikan tentang Covid-19 sebagai "virus China" dan "Kung Flu". Ini disebut jadi biang kerok yang semakin menumbuhkan kebencian terhadap Asia-Amerika.
Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki. Sebelumnya, anti-Asia mencapai puncaknya di AS setelah penembakan di Atlanta yang memakan delapan korban jiwa dan sebagian besar orang Asia pekan lalu.
"Tidak diragukan lagi 'retorika yang merusak' dari pemerintahan sebelumnya berperan dalam meningkatnya ancaman terhadap orang Asia-Amerika," kata Psaki dikutip dari Forbes, Minggu (28/3/2021).
Psaki mengatakan julukan virus korona seperti "flu Wuhan" menyebabkan persepsi yang "tidak akurat, tidak adil" terhadap orang Asia-Amerika. Ini telah menyebabkan adanya ancaman yang semakin meningkat.
![]() President Donald Trump and first lady Melania Trump walk to board Marine One on the South Lawn of the White House, Wednesday, Jan. 20, 2021, in Washington. Trump is en route to his Mar-a-Lago Florida Resort. (AP Photo/Alex Brandon) |
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyarankan sejak awal pandemi agar tidak merujuk pada virus yang diyakini berasal dari mana. Lembaga itu memperingatkan ini dapat menyebabkan "dampak negatif yang tidak diinginkan dengan menstigmatisasi komunitas tertentu".
Namun, Psaki mencatat dalam kasus penembakan di Atlanta, Presiden AS kini Joe Biden tidak mau mengaitkan motif dengan tersangka penembak sebelum penyelidikan selesai.
"Akan terus mencari cara untuk mengangkat dan berbicara tentang masalah ini," kata Psaki.
"Tidak diragukan lagi beberapa retorika merusak yang kami lihat selama pemerintahan sebelumnya ... menyebut Covid 'virus Wuhan' atau hal-hal lain menyebabkan ... persepsi komunitas Asia-Amerika yang tidak akurat, tidak adil [dan telah] meningkatkan ancaman terhadap orang Asia- Orang Amerika," jelasnya di Gedung Putih.
Menurut lembaga nirlaba Stop AAPI Hate, kejahatan anti-Asia yang dilaporkan meningkat hampir 150% pada tahun 2020. Ini jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 3.795 insiden.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Anti-Asia Marak di Amerika, Kecemburuan Ekonomi Penyebabnya?
