Internasional

Sanksi Bumi Nggak Mempan, Junta Makin Ganas ke Demo Myanmar

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
22 March 2021 07:33
Anti-coup protesters practice a defense formation with makeshift shields during a demonstration in Yangon, Myanmar, Saturday, March 13, 2021. Security forces in Myanmar on Saturday again met protests against last month's military takeover with lethal force, killing at least four people by shooting live ammunition at demonstrators. (AP Photo)
Foto: AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasukan militer Junta Myanmar masih mengganas. Saat ini mereka dilaporkan telah menembak mati seorang demonstran dan menahan dua warga negara (WN) Australia.

Seorang pria tewas pada Minggu (21/3/2021) di pusat kota Monywa dan sedikitnya dua orang cedera dalam bentrokan dengan pasukan keamanan di barikade. Sebelumnya, sejak demo anti kudeta militer marak, sudah ratusan nyawa pendemo melayang karena aksi keras aparat.



"Saya melihat orang-orang membawa seorang pria yang ditembak dan tewas," kata seorang penduduk setempat seraya menambahkan mayat itu dibawa ke rumah sakit setempat, dikutip AFP.

"Mereka menggunakan granat setrum dan gas air mata ... kemudian mereka mulai menembak. Saya tidak tahu apakah orang itu, yang tewas di tempat setelah kepalanya dipukul, terbunuh karena peluru karet atau peluru tajam."

Sementara itu, Kementerian luar negeri Australia pada Minggu JUGA mengkonfirmasi bahwa pihaknya memberikan bantuan konsuler kepada dua warganya di Myanmar. "Karena kewajiban privasi kami, kami tidak akan memberikan rincian lebih lanjut," kata seorang juru bicara.

Namun diketahui bahwa keduanya adalah konsultan bisnis bernama Matthew O'Kane dan Christa Avery, warga Australia-Kanada. Mereka berada dalam tahanan rumah setelah mencoba meninggalkan negara itu dengan penerbangan bantuan.

Pasangan itu menjalankan bisnis konsultasi pesanan di Yangon. Departemen urusan global Kanada pun mengatakan telah mengetahui kasus yang melibatkan warga negara mereka dan akan "menyediakan layanan konsuler."

Myanmar berada dalam kekacauan sejak tentara menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi bulan lalu. Ini memicu protes nasional yang menuntut kembali ke demokrasi.

Lembaga AAPP melaporkan sejauh ini hampir 250 kematian telah dikonfirmasi dalam beberapa minggu sejak kudeta tersebut, meskipun jumlah sebenarnya bisa lebih tinggi. Sementara itu organisasi itu menambahkan lebih dari 2.300 lainnya telah ditangkap.

Kecaman internasional oleh Washington, Brussels dan PBB sejauh ini pun masih dianggap gagal menghentikan pertumpahan darah di negeri seribu pagoda itu. Menteri luar negeri Uni Eropa diharapkan menyetujui sanksi terhadap 11 pejabat junta pada pertemuan pada hari Senin (22/3/2021).


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gawat! Negara Tetangga RI Ini Terancam Perang Saudara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular