
Myanmar Krisis Uang, Perusahaan Tak Bisa Bayar Gaji Karyawan

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor bisnis di Myanmar kini tengah mengalami krisis dalam melakukan pembayaran. Transaksi komersial dan pembayaran gaji terganggu karena banyak bankir yang menolak bekerja dan lebih memilih unjuk rasa anti-kudeta.
Para pengunjuk rasa anti-kudeta telah menyerukan pegawai negeri dan pekerja sektor swasta untuk bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil. Akibatnya tidak sedikit cabang bank yang tutup sejak pertengahan Februari.
Ini mendorong banyak orang mengambil uang di anjungan tunai mandiri (ATM). Padahal junta telah membatasi jumlah uang yang bisa ditarik dari mesin ATM.
Gejolak sektor bisnis juga diperkirakan akan terus berlanjut jika lembaga keuangan terus menutupnya. Belum lagi sejumlah sanksi Barat telah memutus aliran dana ke Myanmar dan sejumlah perusahaan terkait pejabat militer.
"Saya tidak dapat melakukan pembayaran kepada pemasok karena bank tutup," kata seorang pria yang mengoperasikan toko elektronik konsumen di pusat Yangon, dikutip dari Nikkei Asia Jumat (19/3/2021).
"Saya tidak bisa tidur pada awal Maret karena saya khawatir apakah saya bisa membayar gaji kepada para karyawan. Saya berhasil mengumpulkan uang tunai untuk pembayaran gaji, tapi saya tidak tahu apakah saya bisa melakukannya lagi bulan depan," kata seorang manajer pabrik jahit Jepang dengan ribuan pekerja.
Meski begitu, militer menekan bank untuk membuka kembali operasinya. Dewan Administrasi Negara, bahkan memerintahkan bank sentral untuk memindahkan rekening dari bank komersial yang telah menolak untuk melanjutkan operasi ke bank negara atau bank milik militer.
Dewan itu adalah badan pembuat keputusan tertinggi Myanmar yang dibentuk oleh militer setelah kudeta. Beberapa bank kembali beroperasi di bawah tekanan militer tetapi jumlah cabang yang dibuka kembali sangat terbatas.
Seorang bankir berusia 25 tahun, yang berpartisipasi dalam gerakan anti kudeta menilai operasi hanya akan mengakibatkan kerumunan orang bergegas ke bank untuk menarik simpanan.
"Saya ingin mengajak semua orang untuk terus mendukung gerakan pembangkangan sampai kita mencapai apa yang kita inginkan," ujarnya.
Kudeta Myanmar terjadi sejak 1 Februari 2021. Pemerintahan sipil pemimpin de facto Aung San Suu Kyi digulingkan junta militer Myanmar.
Sejak saat itu demo anti kudet marak di banyak kota besar. Upaya junta yang menekan massa dengan kekerasan membuat banyak korban berjatuhan dan sanksi dunia internasional.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Myanmar Membara Lagi, Pro Junta Militer Diserang Granat