Inflasi Kian Mini, Tanda RI Belum Lolos Resesi?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 March 2021 13:52
Vaksinasi wartawan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Vaksinasi wartawan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali 2021, dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih sangat terasa. Aktivitas ekonomi belum sepenuhnya pulih sehingga permintaan domestik masih lemah.

Hari ini, Senin (1/3/2021), tepat setahun pandemi virus corona bergentayangan di Indonesia. Pada 1 Maret 2020, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan dua orang yang menjadi kasus perdana Covid-19 dan kini jumlahnya sudah lebih dari 1 juta orang.

Kementerian Kesehatan melaporkan jumlah pasien positif corona per 28 Februari 2021 adalah 1.334.634 orang. Sejak 1 Maret 2020, rata-rata pasien positif bertambah 3.657 orang per hari.

Indonesia kini menjadi negara dengan pasien positif corona terbanyak ke-18 dunia. Di level Asia, Indonesia hanya lebih baik dari India dan Iran.

Selagi pandemi belum berakhir, pemerintah di hampir seluruh negara menerapkan kebijakan pembatasan sosial (social distancing). Di Indonesia namanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) atau yang sekarang disebut Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Dalam PPKM tahap I (11-25 Januari 2021), pusat perbelanjaan hanya boleh beroperasi hingga pukul 19:00 WIB. Kemudian diperlonggar dalam PPKM tahap II (26 Januari-8 Februari 2021) menjadi maksimal pukul 20:00. Sekarang dengan PPKM Mikro, jam operasional diperpanjang hingga pukul 21:00.

Kemudian dalam PPKM tahap I dan II, restoran hanya boleh melayani pengunjung yang makan-minum di tempat maksimal 25% dari kapasitas. Kini dengan PPKM Mikro, kapasitas maksimal dinaikkan menjadi 50%.

Lalu ada soal kehadiran karyawan perkantoran. PPKM tahap I dan II mensyaratkan karyawan yang bekerja dari rumah (work from home) setidaknya 75%. Dalam PPKM Mikro, dikurangi menjadi 50%.

Meski ada pelonggaran, tetapi masih ada pembatasan. Ini yang membuat skala ekonomi belum bisa penuh, 'roda' ekonomi belum bisa melaju sebagaimana mestinya.

Saat ekonomi masih tertatih-tatih, tidak bisa dibuka penuh, dunia usaha tentu pusing tujuh keliling. Pembatasan operasional atas nama protokol kesehatan membuat pendapatan menurun, sementara yang namanya bayar listrik, air, sewa gedung, pajak, jalan terus.

Oleh karena itu, mau tidak mau, suka tidak suka, harus ada efisiensi. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), pekerja dirumahkan, atau pengurangan jam kerja menjadi cara untuk bertahan hidup. Pengangguran semakin banyak, kemiskinan pun meningkat.

phkSumber: BPS

Halaman Selanjutnya --> Data Ekonomi Hari Ini Bikin Keki

Memasuki 2020, derita itu belum berhenti. Satu demi satu data ekonomi dibuka, tidak sedikit yang membuat kita harus urut dada.

Hari ini ada dua data ekonomi yang dirilis. Pertama adalah aktivitas manufaktur yang dibikin IHS Markit.

IHS Markit melaporkan, aktivitas manufaktur Indonesia yang diukur dari Purchasing Managers' Index (PMI) berada di 50,9 untuk periode Februari 2021. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula, jika di atas 50 maka dunia usaha masih melakukan ekspansi.

Akan tetapi, skor PMI manufaktur Tanah Air melorot dibandingkan Januari 2021 yang mencapai 52,2. Pencapaian Januari 2021 adalah yang terbaik dalam 6,5 tahun terakhir.

"Ada sinyal kesehatan sektor manufaktur yang terjadi sejak November 2020 memburuk. Produksi terus naik, hingga empat bulan berturut-turut, tetapi lajunya melambat. Perlambatan produksi berarti ada penurunan pasokan barang jadi," sebut keterangan tertulis IHS Markit.

Kedua adalah inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada Februari 2021 sebesar 0,1% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM). Dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020 (year-on-year/YoY), inflasi tercatat 1,38%.

"Inflasi yang 0,1% itu lebuh lambat dibandingkan Januari 2021 dan jauh lebih lambat dibandingkan posisi Februari 2020. Pergerakan inflasi tahunan juga demikian. Jadi ini mengindikasikan bahwa sampai dengan akhir Februari 2021 dampak pandemi ini mash membayang-bayangi perekonomian," kata Suhariyanto, Kepala BPS.

Paling terlihat adalah dari laju inflasi inti. Inflasi inti adalah indikator yang bisa mencerminkan kekuatan daya beli masyarakat. Sebab, inflasi ini berisi barang dan jasa yang harganya susah naik-turun atau persisten. Kalau harga yang susah bergerak saja sampai turun, maka artinya dunia usaha sudah 'desperate' dan memilih menurunkan harga jual untuk mengikuti penurunan permintaan.

"Inflasi inti secara tahunan masih melemah menjadi 1,54%. Inflasi inti secara tahunan mengalami perlambatan, permintaan domestik memang masih lemah," keluh Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto.

Halaman Selanjutnya --> Vaksinasi Jadi Kunci

Derita ekonomi ini adalah dampak, ekses dari fenomena kesehatan bernama pandemi virus corona. Jadi kalau mau mengakhiri bencana ekonomi, prahara kesehatan harus dituntaskan dulu. Akhiri pandemi, maka niscaya ekonomi akan 'berlari'.

Caranya adalah dengan mempercepat program vaksinasi. Indonesia boleh menjadi salah satu negara yang paling awal memulai vakinasi, tetapi harus diakui perkembangannya relatif lambat.

Mengutip catatan Our World in Data, total vaksin anti-virus corona yang sudah disuntikkan ke lengan rakyat Indonesia per 27 Februari 2021 adalah 2.598.535 dosis. Rata-rata tujuh harian vaksinasi ada di 91.687 dosis per hari.

Bandingkan dengan India. Vaksin yang sudah disuntikkan di Negeri Bollywood mencapai 14.242.547 dosis. Rata-rata tujuh harian vaksinasi adalah 486.318 orang setiap harinya.

Vaksin menjadi kunci karena vaksin yang efektif akan membentuk kekebalan tubuh untuk melawan virus corona. Ketika semakin banyak penduduk yang sudah divaksin, risiko penularan bisa ditekan. Pandemi bisa diputus dan 'keran' ekonomi bisa dibuka lagi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular