Ada Lagi yang Turunkan Proyeksi Ekonomi RI, Kali Ini Siapa?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 February 2021 13:42
Mal Grand Paragon yang sepi (CNCB Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Mal Grand Paragon yang sepi (CNCB Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Satu demi satu lembaga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2021. Sayangnya, revisi itu bukannya dinaikkan tapi diturunkan.

Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, sampai Bank Indonesia (BI) ramai-ramai merevisi ke bawah perkiraan pertumbuhan ekonomi Tanah Air tahun ini. Kini ada satu lagi yang melakukan hal yang sama, yaitu lembaga pemeringkat (rating agency) Moody's Investor Services.

Dalam proyeksi terbarunya, Moody's memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia 2021 berada di 4,5%. Lebih rendah ketimbang 'ramalan' yang dibuat November 2020 lalu yaitu 4,7%.

growthSumber: Moody's Investor Services

"Dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) terhadap sektor usaha dan negara berbeda-beda. Krisis akibat pandemi ini masih akan menjadi tantangan bagi ekonomi dunia dalam lebih dari dua tahun ke depan," sebut laporan Moody's.

Mengapa banyak lembaga yang rasa optimismenya terhadap Indonesia agak memudar? Memangnya apa salah dan dosa Indonesia?

Halaman Selanjutnya --> Pandemi Corona di Indonesia Masih Mengkhawatirkan

Mungkin ini gara-gara pandemi virus corona. Meski kasus baru akhir-akhir ini melandai, tetapi Indonesia masih jadi negara yang paling terdampak di Asia.

Per 24 Januari 2021, jumlah pasien positif corona di Indonesia adalah 1.306.141 orang. Di antara negara-negara Asia, Indonesia jadi yang terbanyak ketiga, hanya lebih baik dari India dan Iran.

Namun kalau melihat kasus aktif (pasien yang masih menjalani pemulihan baik di fasilitas kesehatan maupun isolasi mandiri), Indonesia adalah runner-up Asia. Per 24 Februari 2021, jumlah kasus aktif di Indonesia adalah 158.162 orang. Lebih tinggi ketimbang India (151.708 orang), tetapi lebih sedikit dibandingkan Iran (173.886 orang).

Perkembangan ini bisa membuat pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ragu-ragu untuk membuka 'keran' aktivitas dan mobilitas masyarakat. Buktinya, pemerintah kembali memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro hingga 8 Maret 2021.

Meski tidak seketat PPKM sebelumnya, tetap saja ada pembatasan di sana-sini. Ini membuat skala ekonomi belum optimal, lajunya belum bisa 'dikebut'.

Kalau kasus corona tidak bisa ditekan, maka PPKM akan terus diperpanjang sehingga ekonomi tidak bisa 'lari'. Mungkin ini yang membuat optimisme terhadap prospek perekonomian Ibu Pertiwi memudar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular