
Usai Bank Dunia & IMF, BI Ikut Pangkas Ramalan Ekonomi RI!

Jakarta, CNBC Indonesia - Satu lagi lembaga yang memangkas prospek perekonomian Indonesia untuk tahun 2021 setelah Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF). Lembaga tersebut tak lain dan tak bukan adalah bank sentral nasional yaitu Bank Indonesia (BI).
Dalam konferensi pers yang digelar virtual kemarin (18/2/2021), Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun ini diperkirakan berada pada kisaran 4,3%-5,3%, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya pada kisaran 4,8%-5,8%.
Perkiraan BI tersebut sejalan dengan realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2020. Proses pemulihan ekonomi di Indonesia akan berjalan secara gradual alias bertahap.
Pembatasan mobilitas publik yang masih diterapkan sampai saat ini terutama di regional Jawa dan Bali yang kontribusi terhadap output perekonomian nasionalnya besar masih berpotensi menekan perekonomian di kuartal pertama.
Pertumbuhan ekonomi diperkirakan mulai terdongkrak pada kuartal kedua. Hal ini terjadi karena adanya fenomena low based effect akibat kontraksi perekonomian yang dalam pada kuartal kedua tahun lalu.
Kemudian di kuartal ketiga dan keempat akan terjadi normalisasi pertumbuhan ekonomi. Dari sekian banyak institusi, baik pemerintahan, riset, keuangan melihat bahwa PDB tahun ini masih mampu tumbuh lebih dari 4%.
Kalau dilihat angkanya memang belum kembali ke laju sebelum pandemi Covid-19 di kisaran 5% per tahun. Indonesia masih perlu bersabar agar ekonominya benar-benar pulih dari Covid-19.
Apabila melihat berbagai rilis data yang ada untuk tahun 2021 ini progress pemulihan ekonomi juga masih berjalan lambat. Di sektor riil misalnya, volume penjualan mobil masih tertekan.
Volume penjualan mobil secara wholesales di bulan Januari sebanyak 52.910 unit atau turun 8% (mom) dibanding bulan Desember 2020 yang mencapai 57.507 unit.
Sementara itu jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2020, volume penjualan anjlok 34% (yoy). Pada bulan pertama tahun lalu volume penjualan mobil secara wholesales mencapai 80.435 unit.
Penjualan secara ritel juga masih tertekan. Buktinya volume mobil yang terjual ke pelanggan di bulan Januari 2021 hanya sebanyak 53.997 unit. Padahal di bulan Desember penjualannya mencapai 69.139 unit. Artinya ada penurunan sebesar 22% (mom).
Apabila dibandingkan dengan bulan Januari 2020, maka kontraksinya lebih besar. Volume penjualan kendaraan roda empat ini di awal tahun lalu tercatat mencapai 81.059 unit. Itu berarti terjadi kontraksi sekitar 33% (yoy).