
Solusi Banjir Jakarta: Banjir Wacana, Kering Realita

Apapun itu, walau dibilang sukses dalam penanganan, banjir tetap saja terjadi. Masalah banjir sepertinya belum kunjung menemukan solusi, selalu menghantui ketenangan hidup warga Ibu Kota.
Padahal berbagai wacana untuk menangkal (atau setidaknya mengurangi) banjir sudah sering dikemukakan. Pada masa kampanye Pemilihan Gubernur, Anies kala itu mengusulkan program naturalisasi sungai, bukan normalisasi.
Dengan naturalisasi, daerah sekitar sungai dibuat sealami mungkin sehingga bisa lebih optimal menyerap debit air yang meningkat. Beda dengan normalisasi, yang memasang beton di sekitaran sungai. Dengan normalisasi, diharapkan istilah 'banjir kiriman' bisa dihilangkan karena sungai-sungai di Jakarta sudah mampu mengatasi peningkatan debit air.
Namun janji kampanye itu tinggal janji. Malah yang ada normalisasi sungai terus berlangsung dan belum bisa mengatasi 'banjir kiriman'.
Kemudian ada proyek sodetan Sungai Ciliwung yang digagas oleh pemerintah pusat pada 2013. Sodetan itu akan membagi kapasitas Sungai Ciliwung ke Kanal Timur. Selama ini aliran Sungai Ciliwung lebih terkonsentrasi ke Kanal Barat.
"Kondisi ini tentu tidak menguntungkan. Jika beban aliran dibagi dua, saya yakin dampaknya tidak seperti ini. Kami putuskan proyek sodetan menjadi prioritas pertama untuk dikerjakan," kata Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden kala itu.
Namun hingga umurnya delapan tahun, proyek ini belum juga rampung. Joko Widodo (Jokowi), mantan Gubernur DKI Jakarta yang kini menjadi Presiden, pernah berujar bahwa salah satu kendalanya adalah pembebebasan lahan. "Saya kira bisa secepatnya Gubernur untuk menyelesaikan masalah pembebasan lahannya," ujar Jokowi dalam rapat di Istana Negara, Januari tahun lalu.