Internasional

Myanmar Makin Mencekam, 2 Pendemo Tewas Ditembak Peluru Tajam

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
22 February 2021 07:07
Police  charge forward to disperse protesters in Mandalay, Myanmar on Saturday, Feb. 20, 2021. Security forces in Myanmar ratcheted up their pressure against anti-coup protesters Saturday, using water cannons, tear gas, slingshots and rubber bullets against demonstrators and striking dock workers in Mandalay, the nation's second-largest city. (AP Photos)
Foto: AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Demonstrasi diĀ Myanmar masih terus terjadi sejak pemerintahan sipil dikudeta oleh militer 1 Februari lalu. Bahkan pada Sabtu (20/2/2021) aparat menembaki pendemo yang menentang kudeta Aung San Suu Kyi.

Dalam sebuah klip video di medsos, pasukan keamanan menembaki para pendemo dengan peluru tajam di kota terbesar kedua Mandalay. Pedemo tersebut merupakan pekerja galangan kapal yang mogok.

Pelapor Khusus PBB untuk Myanmar Tom Andrews mengatakan ini hal paling mengerikan yang telah terjadi. Korban, kata dia, salah satunya adalah seorang remaja laki-laki.

"Dari meriam air hingga peluru karet hingga gas air mata dan sekarang pasukan yang mengeras menembaki pengunjuk rasa damai. Kegilaan ini harus diakhiri, sekarang," katanya di Twitter dikutip dari Reuters.

Sebagai informasi, hingga saat ini, setidaknya sudah tiga korban tewas akibat bentrokan aparat dengan pendemo anti kudeta Myanmar. Sebelumnya, seorang perempuan berumur 21 tahun juga meregang nyawa setelah kepalanya ditembak 9 Februari lalu.

Sementara itu, aksi refresif aparat tak membuat demo surut. Hal ini memicu demo lagi pada Minggu (21/2/2020). Ribuan orang dilaporkan turun ke sejumlah titik di kota-kota besar di Myanmar. "Mereka membidik kepala warga sipil yang tidak bersenjata. Mereka membidik masa depan kami," kata seorang pendemo di Mandalay.

Di kota bisnis Yangon ribuan anak muda juga berkumpul di sejumlah lokasi berbeda. Mereka meneriakkan slogan meminta pemerintahan militer disudahi.

"Kami, kaum muda, memiliki impian kami, tetapi kudeta militer ini telah menimbulkan begitu banyak rintangan," kata seorang pendemo Ko Pay.

Di wilayah utara Myitkyina, kerumunan juga berbaris meletakkan karangan bunga untuk para pengunjuk rasa yang tewas. Mereka berbaris di pusat kota Monywa dan Bagan, di Dawei dan Myeik bagian selatan, di Myawaddy dan Lashio bagian timur.

Hal sama juga terjadi di temapt wisata Danau Inle. Orang-orang termasuk para biksu Buddha melakukan aksi dengan naik ke perahu, membawa potret Suu Kyi dan menuliskan kata "Kudeta militer harus diakhiri".

"Jumlah orang akan terus meningkat ... Kami tak akan berhenti," ujar pengunjuk rasa di Yangon Ton Nyyein Hmway.

Sementara itu, aparat dalam konferensi pers di televisi lokal Minggu malam mengatakan massa juga akan melakukan demo pada Senin (22/2/2021). Mereka menyebut aksi warga ini sebagai upaya memicu anarkis dan mendorong kaum muda ke jalur konfrontasi.

"Mereka akan menderita kehilangan nyawa," tegas aparat di MRTV.

Amerika Serikat (AS) melalui Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan pihaknya sangat prihatin dengan kondisi Myanmar. Prancis, Singapura, Inggris dan Jerman juga mengutuk kekerasan yang dilalukan junta ke pendemo.

Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan yang dilakukan militer tak bisa diterima. "Penggunaan kekuatan mematikan, intimidasi & pelecehan terhadap demonstran damai tidak dapat diterima," tulis Guterres di Twitter.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Myanmar Makin Mencekam, Militer Nyatakan Perang ke Warga?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular