
KPR Bebas DP, Ingat Krisis Hebat Sub-Prime Mortgage?

Kemudahan itu membuat warga AS berbondong-bondong mengambil KPR. Termasuk kelompok yang sering disebut Ninja (No Income, No Job, No Access), yang mengambil KPR tanpa mempedulikan risiko gagal bayar karena berharap bisa membeli rumah sebagai sarana investasi.
Permintaan rumah yang membludak membuat harganya naik. Pada 2005, laju kenaikan harga rumah menyentuh dua digit. Gelembung itu semakin besar.
Pada 2004, dimotori oleh sektor properti, ekonomi AS mulai bangkit. Greenspan pun mulai menaikkan suku bunga acuan. Akibatnya, bunga KPR ikut bergerak naik.
Kenaikan bunga KPR membuat para nasabah mulai tidak kuat mencicil. Gagal bayar terjadi di mana-mana, KPR yang semula jadi aset sehat buat bank berubah jadi aset busuk. Gelembung itu akhirnya pecah.
Kejatuhan pasar KPR membuat instrumen-instrumen yang terkait ikut tumbang. Ingat sub-prime mortgage? Itu salah satunya.
Sub-prime mortgage dimiliki oleh banyak institusi keuangan sehingga jatuhnya aset ini menjadi kejatuhan massal. Berdampak sistemik. Lehman Brothers, lembaga keuangan yang sudah berusia lebih dari 100, adalah korban paling tragis.
Pasar keuangan AS pun kacau-balau. Wall Street terkoreksi sangat dalam. Keruntuhan pasar keuangan AS merembet ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Saking rusuhnya, perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat dihentikan selama beberapa hari.
Kolapsnya pasar keuangan dunia membuat pembiayaan ke sektor riil menjadi seret. Akibatnya, ekonomi dunia masuk ke zona resesi.
Halaman Selanjutnya --> Akankan Krisis KPR Terjadi di Indonesia?
(aji/aji)