
Bukti Baru 'Kejahatan' Covid-19: 2,76 Juta Orang Jatuh Miskin

Jakarta, CNBC Indonesia - Masih ada saja orang yang menyangka pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) adalah ilusi, fisksi, bahkan konspirasi. Apapun itu, yang jelas dampak dari pandemi ini adalah sesuatu yang nyata di depan mata.
Bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China, virus corona menyebar ke lebih dari 200 negara dan teritori. Per 14 Februari 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh negara mencapai 108.153.741 orang. Bertambah 300.530 orang dibandingkan hari sebelumnya.
Sejak WHO mencatat pasien perdana pada 4 Januari 2020, rata-rata tambahan kasus positif mencapai 265.083 orang per hari. Sungguh sesuatu yang sangat menyanyat hati.
Pandemi virus corona (terserah mau percaya atau tidak) memang tragedi kesehatan dan kemanusiaan. Namun kemudian pandemi ini juga menjamah aspek sosial-ekonomi.
Untuk mempersempit ruang gerak penyebaran virus corona, pemerintah di berbagai negara memberlakukan kebijakan pembatasan sosial (social distancing). Di Indonesia namanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), atau apalah terserah.
Intinya, social distancing mencoba menjauhkan seseorang dari orang lain. Ada jarak aman, minimal 1,5-2 meter. Kalau jarak dua orang saja tidak boleh berdekatan, apalagi berkerumun? Mungkin haram hukumnya...
Anjuran untuk tidak berkumpul ini membuat aktivitas yang bisa menyebabkan kerumunan (apalagi di ruang tertutup) menjadi dibatasi. Kerja kantoran, kerja pabrikan, belajar di sekolahan, makan di restoran, tidak bisa semaunya seperti dulu. Miliaran orang di planet bumi diminta untuk #dirumahaja.
Pembatasan aktivitas ini membuat mobilitas masyarakat berkurang drastis. Di berbagai lokasi, kepadatan masih jauh di bawah hari-hari biasa sebelum pandemi. Sebaliknya, aktivitas di rumah masih di atas sebelum pandemi.
Mobilitas adalah kunci dari ekonomi. Pergerakan manusia, barang, dan jasa akan merangsang terjadinya nilai tambah di perekonomian. Nilai tambah itu adalah pertumbuhan ekonomi.
Dengan masyarakat yang #dirumahaja, ekonomi mati suri. Ekonomi dunia mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif), Indonesia tidak terkecuali. Sampai di sini, sudah jelas bahwa pandemi virus corona nyata-nyata 'membunuh' ekonomi. Dampaknya bukan ilusi, fiksi, apalagi konspirasi.
Halaman Selanjutnya -->Â Pengangguran di Mana-mana, Kemiskinan Merajalela
