
Apple Pilih Vietnam daripada RI untuk Produksi iPad, Kenapa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Apple telah memindahkan kegiatan manufaktur dari China ke Vietnam, bahkan sudah akan memulai produksi MacBook dan iPad pada pertengahan tahun ini.
Vietnam memang layak mendapatkannya, apalagi Vietnam dinobatkan sebagai ekonomi terbaik di Asia. Indonesia sendiri cukup berpuas diri hanya sebagai innovation center Apple di Indonesia. Ini pun dilakukan Apple demi memenuhi regulasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), dengan tujuan agar bisa masuk pasar Indonesia.
Perbedaan jomplang itu yang membuat Indonesia perlu berbenah, baik dari fasilitas, kualitas sumber daya manusia dan yang paling terpenting adalah kepastian regulasi.
"The incremental capital output ratio(ICOR) Indonesia masih relatif tinggi, rata-rata masih di level 6,5 investasi dalam 5 tahun terakhir, artinya investasi di Indonesia kurang efisien dari Vietnam dimana ICOR Vietnam bisa di bawah 4, jadi dengan investasi sama biaya produksi Indonesia relatif mahal," kata Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira kepada CNBC Indonesia, Jumat (29/1).
ICOR menjadi salah satu parameter yang menunjukkan tingkat efisiensi investasi di suatu negara. Semakin kecil angka ICOR, biaya investasi harus semakin efisien untuk menghasilkan output tertentu. ICOR sangat dipengaruhi kemudahan dalam berbisnis dan daya saing pasar tenaga kerja.
Nilai ICOR yang tinggi mengartikan bahwa pemanfaatan investasi yang masuk untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi secara tidak efisien.
Selain itu, faktor jarak juga menjadi penentu, dimana Vietnam memiliki lokasi lebih dekat dari China dibanding Indonesia, sehingga ketika ada momen relokasi bertahap maka lebih mudah. "Dan Vietnam banyak menggunakan teknologi terutama manufaktur dari China," sebutnya.
Selain itu, faktor kualitas SDM juga menjadi kunci utama dalam relokasi pabrik berteknologi tinggi. Ketika Apple datang, maka itu perlu mendapat topangan dari SDM yang memahami teknologi, jika tidak maka sulit bagi investor untuk mempertimbangkannya datang.
"Misalnya Apple datang ke kawasan industri A, jadi support-nya pemerintah pusat disana buat lembaga pendidikan yang lebih baik, jadi relokasi industri teknologi itu membuat SDM terampil lebih banyak lagi. Sedangkan disini Politeknik Indonesia belum fokus pada ketersediaan industri, khususnya orientasi ekspor. Untuk lokal mungkin ada, kalo ekspor butuh skill khusus, standardisasi dan kualitas lebih tinggi tingkat human error lebih kecil. Itu yang kita kurang dari segi pendidikan apalagi bicara relokasi industri yang berbasis ekspor IT," papar Bhima.
Sebelumnya Vietnam telah memberi izin kepada Foxconn, selaku manufaktur produk Apple untuk membangun pabrik baru senilai US$ 270 juta yang bakal dipakai untuk memproduksi laptop dan tablet, atau tepatnya MacBook dan iPad.
Pabrik tersebut bakal berlokasi di bagian utara Provinsi Bac Giang Vietnam, dan dibangun oleh Fukang Technology. Saat sudah beroperasi, pabriknya bakal memproduksi delapan juta unit produk setiap tahunnya.
Sejauh ini Foxconn sudah menginvestasikan US$ 1,5 miliar di Vietnam, dan masih mau menambah investasinya sebesar USD 700 juta. Selain itu mereka juga masih akan merekrut sekitar 10 ribu pekerja tambahan di negara tersebut.
Selain untuk pabrik laptop dan tablet itu, Foxconn juga tengah menjajaki kemungkinan tambahan investasi sebesar USD 1,3 miliar di provinsi Thanh Hoa, sekitar 160 km di selatan Hanoi, ibukota Vietnam, demikian dikutip detikINET dari Reuters.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kunci Vietnam Dipercaya Apple Bangun Pabrik Pindahan China