Deretan Pemimpin Dunia Dicap Gagal Urus Pandemi, Siapa Saja?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
27 January 2021 19:00
Angela Merkel. (AP/Markus Schreiber)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson baru-baru ini menjadi topik pembicaraan hangat. Pasalnya, PM yang juga mantan wali kota London itu, menyatakan permintaan maaf sedalam-dalamnya perihal kegagalan dalam penanganan Covid-19 di negeri Ratu Elizabeth II itu. Boris meminta maaf atas melonjaknya kasus kematian yang mencapai 100 ribu.

"Sulit untuk menghitung kesedihan yang terkandung dalam statistik suram tersebut," kata PM Inggris itu dalam konferensi pers di Downing Street pada Selasa (26/1/2021).

Selain itu, Boris juga menambahkan Pemerintah Inggris telah melakukan hal-hal seoptimal mungkin untuk menekan angka kasus Covid-19.

"Pada hari ini saya harus benar-benar mengulangi bahwa saya sangat menyesal atas setiap nyawa yang hilang dan sebagai Perdana Menteri saya bertanggung jawab penuh atas semua yang telah dilakukan pemerintah," tambahnya.

Selain Boris, ada juga beberapa pemimpin dunia yang dianggap gagal menangani Covid-19. Berikut daftarnya.



Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador
Obrador dicap sebagai salah satu pemimpin dunia yang gagal menangani pandemi Covid-19. Ia sering dikritik karena penanganannya terhadap pandemi di Negeri Sombrero dan tidak memberikan contoh pencegahan di depan umum.

Pria berusia 67 tahun ini jarang terlihat mengenakan masker dan terus sibuk dengan jadwal perjalanan dengan menggunakan penerbangan komersial.

Dia juga menolak melakukan penguncian alias lockdown. Padahal negara ini mencatat hampir 150.000 kematian karena Covid-19 dan lebih dari 1,7 juta orang positif terinfeksi.

Di awal pandemi, ketika ditanya bagaimana dia melindungi Meksiko, Obrador mengeluarkan dua jimat agama dari dompetnya dan dengan bangga memamerkannya.

"Perisai pelindungnya adalah 'Dapatkan engkau di belakangku, Setan'," kata López Obrador, membacakan tulisan di jimat, "Berhenti, musuh, karena Hati Yesus bersamaku."

Karena hal ini, Meksiko mencatatkan angka penyebaran kasus yang tinggi. Bahkan Obrador baru-baru ini tertular Covid. Mengutip dari Worldometers, negara di selatan Amerika Serikat (AS) itu mencatatkan 1,8 juta kasus dengan 152 ribu kasus kematian.

Kanselir Jerman Angela Merkel
Merkel pernah dicap gagal dalam menangani pandemi Covid-19. Hal itu terjadi karena pada Desember 2020 lalu angka kematian di negara itu mencapai 590 per hari.

Dilansir dari media Jerman, Welt, Merkel mengungkapkan hal itu seraya meminta maaf kepada masyarakat Jerman atas apa yang melanda negeri itu karena pandemi Covid-19.

"Saya minta maaf, saya sangat sangat meminta maaf dari lubuk hati saya yang terdalam. Namun jika harga yang kita bayarkan adalah 590 nyawa per harinya, saya rasa hal ini tidak bisa diterima," kata Merkel.

"Ketika seluruh ilmuwan bicara kita harus mengurangi kotak erat seminggu sebelum kita bertemu kakek nenek dan orang-orang yang lebih tua saat natal, lalu mungkin saatnya kita berpikir lagi bahwa kita tidak mendapatkan cara untuk memulai libur sekolah, bagaimana kita dapat melihat kembali bahwa kejadian yang terjadi seabad sekali ini jika kita tidak mendapatkan solusi untuk tiga hari ini?," lanjutnya dengan nada memohon.

Jerman saat ini mencatatkan salah satu kasus terbanyak Covid-19. Negara itu mencatatkan 2,19 juta kasus dengan 53 ribu kematian.

Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven
Lofven adalah pemimpin dunia selanjutnya yang dianggap gagal dalam menghalau Covid-19. Pada awalnya Swedia tidak menerapkan PSBB yang ketat karena kepercayaan yang tinggi akan herd immunity yang terjadi di beberapa tempat di pinggiran negara Skandinavia itu. Bahkan model Swedia dalam menangani Covid-19 sempat dipuji dunia internasional.

Namun, karena longgarnya peraturan, kasus Covid tiba-tiba meledak di negara itu. Pada akhir Desember 2020 lalu, kasus melonjak hingga 350 ribu dan merenggut 7 ribu nyawa. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding tetangga Skandinavia lainnya.

"Saya pikir kami telah gagal. Kami memiliki sejumlah besar orang yang telah meninggal dan itu mengerikan," ujar Raja Swedia Carl XVI Gustaf.

"Orang-orang Swedia telah sangat menderita dalam kondisi yang sulit. Orang berpikir tentang semua anggota keluarga yang kebetulan tidak dapat mengucapkan selamat tinggal kepada anggota keluarga mereka yang telah meninggal. Saya pikir itu adalah pengalaman yang sulit dan traumatis untuk tidak dapat mengatakan sebuah selamat tinggal yang hangat," lanjutnya.

Pernyataan itu langsung diaminkan oleh Lofven. Ia juga menyebut bahwa kematian yang tinggi itu adalah kegagalan luar biasa.

"Tentu saja fakta bahwa begitu banyak yang meninggal tidak bisa dianggap sebagai kegagalan," kata Lofven kepada wartawan.

Mengacu pada strategi pemerintah, Mr Lofven menambahkan "ketika kita melalui pandemi itulah kesimpulan yang sebenarnya dapat ditarik."

Swedia saat ini mencatatkan salah satu kasus terbanyak Covid-19 di Eropa. Negara itu mencatatkan 556 ribu kasus dengan 11 ribu kematian.



Presiden Brasil Jair Bolsonaro
Bolsonaro dianggap tidak memiliki rencana efektif pada awal-awal pandemi Covid-19 menyerang negeri Samba itu. Ia juga menolak saran dari para gubernur dan wali kota untuk melakukan lockdown.

Akhirnya, pada Juli 2020, kasus Covid di negara itu meledak hingga mencatatkan 2,1 juta kasus dengan 80 ribu kematian. Akibat dari hal ini, kepercayaan publik kepada Presiden 65 tahun itu menurun. Sebanyak 52% penduduk negeri itu percaya Bolsonaro telah gagal.

Saat ini Brasil mencatatkan salah satu kasus terbanyak Covid-19 di dunia. Negara itu mencatatkan hampir 9 juta kasus dengan 219 ribu kematian.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte
Duterte dinilai gagal karena mencampuradukkan kepentingan politik luar negeri Filipina dengan kebutuhan vaksin Covid. Duterte yang dikenal anti barat menghindari perusahaan vaksin barat. Dan pada akhirnya akibat perdebatan soal vaksin, Duterte secara terlambat memutuskan untuk membeli vaksin dari China dan Rusia.

Selain itu Duterte sepertinya tidak mengikuti negara lainnya yang mengembangkan vaksin sendiri. Ia terlalu percaya pada vaksin buatan luar negeri yang persediaannya masih menunggu waktu. Akhirnya diprediksi Filipina tidak akan mendapatkan vaksin segera.

Saat ini Filipina mencatatkan 516 ribu kasus Covid-19 dan 10 ribu kematian.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular