Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah 2020 yang penuh onak dan duri, 2021 diharapkan membawa momentum kebangkitan. Namun luka yang dibuat 2020 begitu dalam, sehingga butuh waktu untuk menyembuhkannya.
Tahun lalu, dan sampai sekarang masih terasa, pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) mengubah dunia. Berawal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China, virus corona sudah menyebar ke lebih dari 200 negara dan teritori.
Per 18 Januari 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh negara mencapai 93.805.612 orang. Bertambah 588.325 orang (0,63%) dibandingkan hari sebelumnya. Sejak 4 Januari 2020, rata-rata pasien positif bertambah 246.208 orang setiap harinya.
Sementara jumlah pasien positif yang meninggal dunia berjumlah 2.026.083 orang. Bertambah 11.136 orang (0,55%) dibandingkan sehari sebelumnya. Sejak awal pandemi, rata-rata orang yang tutup usia adalah 5.417 orang per hari.
Dari krisis kesehatan dan kemanusiaan, pandemi virus corona bertransformasi menjadi krisis ekonomi. Sebab, pandemi coba diredam dengan membatasi pergerakan masyarakat. Aktivitas dan mobiitas miliaran orang di seluruh dunia harus dikurangi, jangan keluar rumah kalau tidak penting-penting amat, agar virus tidak menyebar semakin luas.
Pergerakan orang adalah kunci gerak ekonomi. Kala orang tidak bergerak, maka ekonomi pun tidak bergerak. Ekonomi mati suri, dunia masuk masa resesi.
Saat ekonomi tidak sesuai dengan kapasitasnya, produksi barang dan jasa merosot. Kalau sudah begini, penggunaan tenaga kerja pun berkurang. Buat apa terlalu banyak karyawan kalau barang dan jasa yang dijual tidak banyak?
Ini yang membuat gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tidak terhindarkan. Di Indonesia, dalam siaran tertulis tertanggal 13 Oktober 2020, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengungkapkan pandemi virus corona menyebabkan jumlah penganggur bertambah menjadi 6,9 juta orang. Dari jumlah tersebut, 3,5 juta orang merupakan korban PHK.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, tingkat pengangguran per Agustus 2020 adalah 7,07%. Ini adalah yang tertinggi sejak Agustus 2010. Segala kerja keras untuk menurunkan angka pengangguran hilang begitu saja, habis hanya dalam hitungan bulan.
Baca: Bak Mantan, Luka di 2020 Terlalu Dalam! 2021 Bisa Sembuh?
Memasuki 2021, ada harapan yang belum ada pada 2020. Namanya adalah vaksin anti-virus corona. Apakah itu bikinan Pfizer-BioNTech, Moderna, AstraZaneca-Universitas Oxford, dan sebagainya sudah mulai disuntikkan ke jutaan lengan masyarakat di berbagai negara
Di Indonesia, vaksin CoronaVac buatan Sinovac (perusahaan farmasi asal China) sudah mulai disuntikkan pekan lalu. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi Warga Negara Indonesia pertama yang menerima vaksin.
Tahap pertama vaksinasi akan diberikan kepada tenaga kesehatan (nakes). Selepas itu baru ke petugas publik pelayan masyarakat seperti Aparatur Sipil Negara (ANS) dan anggota TNI/Polri.
"Di seluruh dunia tahapan ini sama, kenapa diberikan ke nakes? Kriterianya yang diberikan oleh orang-orang yang berisi risiko tinggi untuk terpapar karena tenaga kerja kesehatan ini selalu terpapar pasien Covid-19. Mereka ingin diberikan pertama kali.
"Vaksinasi kita akan berikan berikutnya ke 17,4 juta petugas publik. Jadi setelah petugas kesehatan, kita ke petugas publik," jelas Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR, belum lama ini.
Vaksinasi tahap I terhadap nakes dan tahap II kepada petugas publik (dan kelompok usia lanjut lebih dari 60 tahun) akan berlangsung pada Januari-April 2021. Kemudian tahap III untuk kelompok masyarakat rentan dan tahap IV kepada masyarakat dan pelaku ekonomi lainnya adalah pada April 2021-Maret 2022 (jika persediaan masih ada).
 Foto: Infografis/ Tahap Vaksinasi Covid-19/ Edward Ricardo infografis, Tahapan Vaksinasi Covid-19 |
Untuk bisa mengakhiri pandemi, rantai penularan harus diputus. Agar rantai itu bisa diputus, maka sebagian besar penduduk harus divaksin sehingga tercipta yang disebut kekebalan kolektif (herd immunity). Jika vaksinasi sampai tahap IV sudah rampung, maka herd immunity bisa tercapai.
Namun mohon maaf, sepertinya hingga April 2021 vaksin belum bisa dinikmati oleh sebagian besar masyarakat dan pelaku ekonomi. Sehingga mayoritas kelompok masyarakat uang produktif baru menerima vaksin pada paruh kedua 2021, paling cepat.
Oleh karena itu, kemungkinan roda ekonomi baru berputar cepat pada semester II-2020. Saat itu, produksi dan permintaan akan berangsur normal meski belum setinggi sebelum masa pandemi.
"Dengan ekonomi yang pulih dan permintaan meningkat, kami memperkirakan inflasi 2021 akan sebesar 2,92%. Namun sepertinya sebagian besar bagi terjadi pada semester II," sebut Faisal Rachman, Ekonom Bank Mandiri, dalam risetnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA