Blak-blakan ESDM Soal RI Impor BBM Puluhan Juta KL Setahun

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
08 January 2021 09:39
BBM
Foto: Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Impor bahan bakar minyak (BBM) Indonesia pada 2019 mencapai sekitar 24 juta kilo liter (kl), baik bensin dan solar. Meski impornya masih besar, namun pemerintah berupaya agar 2030 mendatang Indonesia sudah terbebas dari ketergantungan impor BBM.

Target tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana dalam diskusi terkait 'Peluang dan Tantangan Substitusi BBM di Sektor Transportasi', Kamis (07/01/2021).

Dadan mengatakan, pada 2019 Indonesia masih impor bensin 19 juta kl, sementara konsumsinya 35 juta kl. Lalu untuk solar, impornya sebesar 3,9 juta kl, sementara konsumsinya 29 juta kl. Sementara Avtur menurutnya kebutuhan impor semakin tipis yakni dari kebutuhan 5 juta kl, impornya hanya 280 ribu kl.

"Jadi, impornya sudah kebanyakan. Sekarang kita upaya cari alternatif untuk BBM jenis bensin ini, tapi hampir tidak ada kemajuan yang berarti," ungkapnya dalam webinar 'Peluang dan Tantangan Substitusi BBM di Sektor Transportasi', Kamis (07/01/2021).

Beberapa upaya dilakukan pemerintah untuk menekan impor BBM, terutama bensin. Bahkan, Kementerian ESDM menurutnya memiliki target sebelum tahun 2030 tidak ada lagi impor bensin.

"BBM jenis bensin, sebelum tahun 2030 tidak ada lagi impor bensin," tegasnya.

Dia mengatakan, untuk menekan impor solar telah dilakukan melalui program biodiesel. Namun untuk mengganti BBM jenis bensin, dia mengakui sampai saat ini masih stagnan dan belum ada penggantinya.

Dia menyebut sejumlah alternatif yang dilakukan sudah ada, namun komposisinya masih kalah dengan fosil. Beberapa upaya di transportasi darat adalah dengan pemanfaatan bahan bakar gas (BBG) dengan Compressed Natural Gas (CNG).

"Transportasi darat memang fokusnya masih bensin dan solar, biodiesel, bioetanol sudah didorong tidak bergerak, ada upaya CNG lalu ada upaya kendaraan motor listrik berbasis baterai," jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, untuk bahan bakar transportasi udara, sudah mulai ada peningkatan produksi avtur di dalam negeri dan terus didorong untuk penggunaan bioavtur.

"Laut juga sama, menurut saya persis base-nya masih ke fosil," ujarnya.

Menurutnya, sudah ada sejumlah kajian alternatif pengganti bensin. Selain mendorong bahan bakar gas, juga dikaji pemanfaatan A20 yakni alkohol 20%, terdiri dari metanol 15% dan etanol 5%.

Berdasarkan data yang dipaparkan, pada 2030 mendatang ditargetkan sebanyak 440 ribu unit kendaraan darat dan 257 unit kapal menggunakan BBG. Namun untuk peningkatan konsumsi BBG ini menurutnya masih dibutuhkan insentif.

Selain itu, Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) ditargetkan mencapai 2 juta unit mobil dan 13 juta unit motor, namun dibutuhkan insentif pembebasan pajak 10 tahun.

Lalu, untuk biofuel akan mempertahankan B30 dan mengoptimalkan produksi bahan bakar nabati (BBN) seperti biodiesel atau biohidrokarbon.

Kementerian ESDM menurutnya saat ini sedang menyusun grand strategi emisi nasional, untuk melakukan transformasi dan transisi penggunaan energi bersih, meningkatkan ketahanan energi di dalam negeri, dan kemandirian energi, sekaligus perbaiki aspek lingkungan.

"Ini skenario secara makro yang kami susun untuk geser penggunaan BBM karena BBM diimpor dan kedua BBM produksinya terbatas. Ada hal mendasar transformasi di Kementerian ESDM," jelasnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Seolah Mati Suri, Kini Bahan Bakar Gas Bakal Digalakkan Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular