Mau Bebas Impor BBM? RI Kudu Punya Terobosan Nih

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
07 January 2021 20:45
A man walks near storage tanks at a state-owned Pertamina fuel depot in Jakarta, Indonesia, May 8, 2018. REUTERS/Willy Kurniawan
Foto: REUTERS/Willy Kurniawan

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia kini masih bergantung pada impor dalam pemenuhan kebutuhan bahan bakar minyak (BBM). Pada 2019, Indonesia tercatat mengimpor sekitar 24 juta kilo liter (kl) BBM, baik bensin dan solar. Tingginya impor ini berdampak pada semakin besarnya defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/ CAD).

Anggota Dewan Energi Nasional Satya W. Yudha berpendapat bahwa besarnya CAD ini menandakan bahwa kebijakan pemerintah belum mampu mengurangi besaran defisit ini.

Dia pun menilai hal ini tak terlepas dari kebijakan negara ini yang memang masih menjadikan energi fosil sebagai penggerak ekonomi. Bila ingin mengurangi pemakaian energi fosil, apalagi BBM ini, maka menurutnya diperlukan sejumlah terobosan baru yang harus dilakukan pemerintah bersama pemangku kepentingan lainnya.

Menurutnya, permasalahan di sektor energi ini merupakan masalah yang harus diselesaikan bersama-sama dan menjadi komitmen para pemangku kepentingan.

"Kalau kita mau mencoba untuk dekarbonisasi ekonomi kita ya tentunya kita butuh terobosan-terobosan baru yang sebagian besar sudah kita bicarakan. Kita butuh kebijakan yang komprehensif," tuturnya dalam Webinar Peluang dan Tantangan Subtitusi BBM di Sektor Transportasi, Kamis, (07/01/2021).

Selain itu, yang perlu diperhatikan juga menurut Satya adalah mengenai perjanjian Paris, yang menginginkan adanya pengurangan emisi karbon untuk mengendalikan dampak perubahan iklim. Target ini, imbuhnya, sangat ambisius karena harus dicapai dalam kurun waktu tertentu.

Indonesia merupakan suatu negara yang dianugerahi sumber daya energi baru terbarukan (EBT) yang berlimpah. Menurutnya, Indonesia perlu memiliki ketahanan dan kedaulatan energi.

"Kalau kemandirian agak berat karena fakta disampaikan bagaimana importasi, baik produk jadi seperti gasoline (bensin) BBM atau dalam bentuk crude (minyak mentah) mau tidak mau tidak bisa terbebas," paparnya.

Ketahanan energi yang dimaksud menurutnya yaitu ketersediaan suplai, kemampuan masyarakat dalam membeli, dan akses infrastruktur.

"Kita tambahkan komitmen perjanjian Paris, acceptability bagaimana secara environment friendly, kita coba sejauh mungkin emisi karbon berkurang," tuturnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Baru Dilantik, Anggota DEN Tanggapi Tingginya Impor BBM

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular