Semiskin Apa Ghana, Sampai Seks 'Dibayar' Indomie?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 December 2020 15:05
Ilustrasi bendera Ghana, (Dok: Wallpaper HD)
Foto: Ilustrasi bendera Ghana, (Dok: Wallpaper HD)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ada yang bilang pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) tidak pandang bulu, bisa menyerang siapa saja. Namun pandangan itu tidak sepenuhnya benar, karena virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu lebih berbahaya bagi orang miskin.

Bagi mereka yang masuk ke kategori kelas menengah, apalagi atas, pandemi virus corona memang berpengaruh. Jam kerja berkurang, pendapatan tergerus, tabungan termakan, tetapi masih bisa hidup dengan layak.

Namun bagi orang miskin, pandemi bisa menyebabkan urusan hidup dan mati. Bagi orang miskin yang tidak punya tabungan, yang hidup hari ini bergantung dari hasil kemarin, upaya pengendalian pandemi dengan pembatasan sosial (social distancing) adalah mimpi buruk yang menjadi kenyataan.

Orang miskin yang banyak bergelut di sektor informal dan usaha mikro, kecl, menengah (UMKM) adalah yang terdepan kena dampak pandemi. Kampanye #dirumahaja membuat pendapatan mereka berkurang drastis, bahkan mungkin habis sama sekali.

Dalam laporan Analisis Hasil Survei Dampak Covid-19 terhadap Pelaku Usaha terbitan Badan Pusat Statistik (BPS) yang melibatkan 34.559 responden, sebanyak 82,85% mengaku mengalami penurunan pendapatan. Malangnya, persentase yang menyebut pendapatannya turun lebih banyak dialami unit usaha kecil.

coronaSumber: BPS

Mengutip laporan Poverty and Shared Prosperity Report 2020 keluaran Bank Dunia, pandemi virus corona dapat menyebabkan 88-115 juta orang masuk ke jurang kemiskinan ekstrem (pengeluaran US$ 1,9 per hari). Tidak hanya itu, ketimpangan antar-penduduk juga semakin lebar.

"Setiap kenaikan indeks gini (yang mencerminkan ketimpangan) sebesar 1%, angka kemiskinan akan bertambah 15%. Ini akan membuat ketimpangan semakin lebar, dan angka kemiskinan bisa semakin tinggi," sebut laporan itu.

Halaman 2>>

Demi bertahan hidup di tengah situasi yang sangat sulit ini, beberapa orang terpaksa mengambil langkah ekstrem. Di Ghana, praktik prostitusi meningkat pada masa pandemi. Bahkan kini transaksi seksual tidak lagi melibatkan uang, bahkan bisa 'dibayar' dengan barter.

"Dalam beberapa kasus, ada masalah seks transaksional, di mana beberapa orang tua juga mendorong anak-anak mereka untuk ikut serta, sehingga mereka bisa mendapatkan cukup uang untuk menghidupi diri sendiri," kata Bashiratu Kamal, pemerhati gender dan ketenagakerjaan Ghana.

Seperti apa kondisi di Ghana? Apakah kemiskinan dan ketimpangan di Negeri Bintang Hitam memang sedemikian kronis bin akut?

Secara keseluruhan, Ghana sebenarnya bukan tergolong negara miskin. Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita pada 2019 tercatat US$ 2.212. Ini sudah masuk negara berpendapatan menengah-bawah, menurut klasifikasi Bank Dunia.

Dari 56 negara di Benua Afrika, PDB per kapita Ghana berada di urutan 18. Sebenarnya tidak terlalu buruk.

Bank Dunia mencatat angka kemiskinan di Ghana pada 2016 adalah 13,3% (pengeluaran US$ 1,9 per hari). Memang lebih tinggi ketimbang Indonesia yang di bawah 10%, tetapi lebih rendah dibandingkan negara-negara Sub-Sahara.

"Pada 1991, tingkat kemiskinan di Ghana mencapai 47,4% dan pada 2016 turun menjadi 13,3%. Tidak hanya lebih rendah dari rata-rata negara Sub-Sahara, tetapi juga lebih rendah dibandingkan negara-negara berpendapatan menengah-bawah," tulis laporan Bank Dunia.

Namun, yang menjadi masalah adalah ketimpangan. Menurut catatan Bank Dunia, nilai indeks gini Ghana pada 2016 adalah 43,5. Ghana menempati urutan ke-21 dari 48 negara Sub-Sahara Afrika.

"Angka kemiskinan di Ghana pada 1991-1998 turn rata-rata 2% per tahun. Namun selama periode 2012-2016, laju penurunannya melambat menjadi 0,2% per tahun. Setiap 1% pertumbuhan ekonomi di Ghana pada 1991-1998 menurunkan kemiskinan rata-rata 1,18% per tahun dan pada 2012-2016 melambat ke 0,07%. Ghana memiliki ketimpangan yang persisten di sejumlah wilayah. Angka kemiskinan sulit turun di wilayah sebelah utara, barat, dan timur.

"Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dan penurunan angka kemiskinan secara berkelanjutan, Ghana membutuhkan terobosan karena sulit hanya bergantung kepada sumber daya alam. Luas hutan bekurang 50% sejak tahun 2000, erosi tanah semakin meluas, pasokan ikan semakin terbatas, serta pertambangan batu bara menyebabkan polusi di air dan udara. Tanpa perhatian yang serius, Ghana akan rentan terdampak kekeringan dan banjir yang sangat mempengaruhi penduduk miskin," papar laporan Bank Dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular