Pertamina Targetkan Uji Coba B40 Tuntas di Q1 2021

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
18 December 2020 12:23
Laboratorium pengembangan B40 milik ESDM. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Laboratorium pengembangan B40 milik ESDM. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) menargetkan uji coba program biodiesel 40% atau B40 akan rampung pada kuartal I 2021 mendatang. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati.

Nicke mengatakan, pihak Pertamina saat ini sudah menjalankan mandatori untuk biodiesel 30% atau B30. Untuk menjalankan mandatori selanjutnya ke B40, menurutnya pihak Pertamina sudah melakukan kerja sama dengan pihak Balitbang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

"Dari sisi bahan bakar midstream, kita telah melaksanakan mandatori B30 dan kita juga sudah melakukan kerja sama dengan Balitbang untuk teruskan B40, insya Allah triwulan I tahun depan hasil kajian uji coba B40 akan selesai," papar Nicke dalam acara Peresmian PLTS Rooftop 63 SPBU secara daring, Jumat (18/12/2020).

Melalui mandatori B40, imbuhnya, ini akan meningkatkan bauran energi baru terbarukan Indonesia. Sementara dari sisi keekonomian dan efisiensi, menurutnya pihak Pertamina dengan perusahaan sawit saat ini tengah melihat bisnis model ke depan yang terintegrasi dari hulu sampai dengan hilir.

"Kami sama-sama dengan perusahaan sawit sedang melihat bisnis model terintegrasi dari hulu ke hilir agar HVO (Hydrotreated Vegetable Oil) bisa kita hasilkan dengan lebih kompetitif," tuturnya.

Lebih lanjut Nicke mengatakan, dalam perjalananya kilang Dumai mampu memproduksi green diesel sampai 1.000 barel per hari (bph). Kemudian, kilang Cilacap dari mulanya 3.000 bph akan ditingkatkan menjadi 6.000 bph. Animo pasar luar negeri pada HVO menurutnya sangat besar.

"Ini akan bagus sekali karena kalau kita coba kombinasikan antara pasar di luar dengan harga tinggi, dengan nanti adanya PSO yang harus dijalankan Pertamina di dalam negeri, kalau di-combine itu bisa tingkatkan keekonomian," jelasnya.

Jika program biodiesel dilanjutkan ke B40 dan B50, maka menurutnya ini menjadi peluang ekspor memasarkan HVO.

"Karena secara spesifikasi HVO ini, kalau di Jepang memasukkan standar ini di dalam bio naphta, sehingga nilai tambah tinggi, harganya juga baik," ungkapnya.

Sebelumnya, Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Andriah Feby Misna mengatakan, pihaknya kini tengah melakukan persiapan pelaksanaan mandatori B40 sebagaimana arahan Presiden. Namun dia mengakui, sejauh ini masih ada beberapa tantangan dalam upaya pengembangan tersebut.

"Kita saat ini sedang melakukan persiapan. Berdasarkan arahan dari Presiden, diharapkan di tahun 2021 sudah B40, jadi kita sudah melakukan persiapan dari tahun 2020. Kita akui, ada beberapa tantangan yang dihadapi yang datangnya dari aspek teknologi, teknis, finansial, feedstock (bahan baku), dan infrastruktur pendukung," tutur Feby seperti dikutip dari keterangan resmi Direktorat Jenderal EBTKE, yang dikutip CNBC Indonesia, Senin (14/12/2020).

Menurutnya, berbagai upaya yang perlu dilakukan untuk penerapan B40 dan B50 antara lain meningkatkan kapasitas produksi Badan Usaha (BU) BBN, memperbaiki spesifikasi biodiesel, memperhatikan ketersediaan dana insentif, meningkatkan sarana dan prasarana BU BBM dan melaksanakan uji jalan untuk seluruh sektor pengguna.

Feby menjelaskan beberapa upaya persiapan yang telah dilaksanakan menuju implementasi program B40 tersebut, antara lain melakukan kajian teknis dan keekonomian di mana dari hasil kajian tersebut akan dilakukan revisi SNI biodiesel untuk spesifikasi yang akan digunakan untuk B40 ataupun B50, serta penyusunan SNI green fuel karena petani saat ini sudah dapat menghasilkan green fuel D100 dan dapat menjadi opsi untuk campuran B40 ataupun B50.

Selain itu, lanjutnya, Ditjen EBTKE juga telah menyiapkan kebijakan pendukung untuk memastikan pelaksanaan program berjalan dengan baik seperti kebijakan insentif. Berikutnya, akan dilakukan kajian terkait perlu tidaknya tes jalan (road test) dan memastikan kesiapan BU BBN, khususnya dari sisi kapasitas produksi maupun dari sisi spesifikasi produk yang dihasilkan ketika digunakan untuk pencampuran.

"B30 ke B40 artinya semakin besar volume dari biodiesel yang akan dikirimkan kemudian juga distribusinya dan bagaimana untuk lingkungannya, ini juga harus disiapkan dari sekarang," ungkapnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Depan Biodiesel B40 Dimulai, Pertamina Siap?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular