Internasional

Rekam Jejak Sinovac yang Vaksinnya Datang ke RI, Ada Skandal

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
08 December 2020 08:32
Vaksin China SinoVac
Foto: AP/Ng Han Guan

Ternyata masih ada lagi kasus hukum yang membayangi Sinovac. Kali ini bukan dengan para pemegang sahamnya melainkan dengan regulator obat di negaranya sendiri yakni China. 

CEO Sinovac Weidong Yin dilaporkan telah melakukan suap kepada pihak regulator China untuk meloloskan produk vaksin buatannya. Berita ini ditulis oleh Washington Post kemarin dan menjadi hangat diperbincangkan oleh khalayak ramai. 

Skandal penyuapan terjadi pada 2016, di mana Sinovac menyuap Badan Pengawas Obat dan Makanan China. Suap tersebut ternyata terkait dengan izin pengembangan vaksin SARS pada 2003 dan flu babi pada 2009. 

Sinovac mengakui kasus suap yang melibatkan pemimpinnya, Weidong Yin. Dalam kesaksiannya pada tahun 2016, Weidong Yin tidak dapat menolak permintaan sejumlah uang dari pejabat regulasi dan saat itulah terjadi penyuapan.

Weidong Yin yang merupakan pendiri dan kepala eksekutif perusahaan juga mengaku telah membayar suap lebih dari US$ 83.000 dari tahun 2002 hingga 2011 kepada seorang pejabat regulasi, Yin Hongzhang. Sebagai imbalannya, pejabat regulasi akan mengupayakan sertifikasi vaksin Sinovac untuk SARS, flu burung, dan flu babi.

Dalam kasus ini Hongzhang dijatuhi hukuman satu dekade penjara pada 2017 karena menerima suap dari Sinovac dan tujuh perusahaan lainnya. Sementara itu, Weidong Yin tidak dikenakan biaya atau denda apapun. 

Bagi Sinovac, kasus suap ini bukan hanya satu kali. Setidaknya 20 pejabat pemerintah dan administrator rumah sakit di lima provinsi telah mengaku menerima suap dari karyawan Sinovac antara tahun 2008 dan 2016.

Pimpinan Sinovac menyuap untuk merampingkan peraturan perizinan. Hal lain yang lebih ditakuti, seperti skandal suap keamanan vaksin tidak terbukti.

Namun, beberapa ahli medis mulai meragukan vaksin yang dibuat oleh Sinovac dan mendesak otoritas terkait untuk segera melakukan pemeriksaan ekstra atas klaim vaksin yang dibuat oleh Sinovac.

"Fakta bahwa perusahaan memiliki sejarah penyuapan menimbulkan keraguan atas klaim data yang tidak dipublikasikan dan ditinjau oleh rekan sejawat tentang vaksinnya," kata Arthur Caplan, direktur divisi etika medis Universitas New York.

"Bahkan dalam sebuah wabah, perusahaan dengan rekam jejak yang meragukan secara moral harus diperlakukan dengan sangat hati-hati terkait klaim mereka," tambahnya.

Tentu ini menjadi PR besar bagi pemerintah Indonesia yang menjalin kerja sama dengan Sinovac untuk pengadaan vaksin Covid-19. Apalagi vaksin Covid-19 buatan China itu sudah tiba di Tanah Air pada minggu malam. 

Sekarang sebanyak 1,2 juta dosis vaksin Covid-19 Sinovac itu disimpan di perusahaan farmasi pelat merah Indonesia PT Bio Farma (Persero)

(twg/sef)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular