Jungkir Balik Bisnis Agen Perjalanan Kala Pandemi Menghantam

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
03 December 2020 10:41
The Airbus of the French airline Air France takes off from Tegel Airport (TXL) to Paris, in Berlin, Germany, Sunday, Nov. 8, 2020. Tegel Airport will close at 15:00 with the departure of the last scheduled flight number AF 1235. (Michael Kappeler/dpa via AP)
Foto: Bandara Tegel Berlin, Jerman (Michael Kappeler/dpa via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor pariwisata bakal makin megap-megap setelah pemerintah resmi memotong cuti bersama atau libur panjang di akhir tahun 2020 ini. Kebijakan tersebut mengubah skema berlibur masyarakat dan berdampak pada Industri pariwisata.

Tapi bagaimana dengan agen perjalanan?

"Masukan teman-teman, kami melihat dipangkas atau tidak liburnya, tidak berarti untuk industri travel agent secara khusus," kata Sekjen Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (3/12/2020).

Ia melihat agen travel tidak terlalu terkena dampak karena saat ini masyarakat sudah mulai mengubah pola berwisata, dari yang membentuk rombongan menjadi keluarga. Selain itu, masyarakat lebih banyak yang menggunakan kendaraan pribadi di lokasi berwisatanya.

Meski demikian, memang benar akhirnya, agen travel sedikit demi sedikit tersisihkan. Demi bisa hidup dan mengatasi persoalan itu, berbagai cara dilakukan demi bisa bertahan.

"Karena pola bepergian berubah, lebih banyak road trip kemudian staycation, akhirnya travel agent yang notabene tukang jahit mengemas akomodasi, paspor atraksi, restoran, souvenir, jasa transportasi, pemandu wisata. Ini kayanya belum dimanfaatkan secara maksimal. Jadi misal berlibur di Bali atau Yogya nggak perlu lagi kendaraan di sananya," kata Pauline.

Sektor ini, kata dia, harus berusaha lebih keras dalam menghidupi perusahaannya saat ini. Mulai dari jasa titip (jastip) oleh-oleh khas daerah, menjual voucher tes corona hingga penyewaan sepeda.

"Karena kita benar-benar perlu every single cent untuk membayar pajak segala macam. Misal jastip (jasa titip) oleh-oleh daerah, misal makanan Belitung, Medan dikirim ke Jakarta. Menjual juga voucher PCR dan Rapid test, bahkan sepeda juga mulai disewakan. Semua yang berkaitan dengan travel ya udah itu kita jual," ujarnya lagi.

Cara lainnya adalah dengan membuka virtual tour secara online. Setiap peserta bisa membeli tiketnya untuk mengikuti kegiatan tersebut.

Namun, nilai tiketnya memang tidak besar. Bahkan sangat jauh dibanding ongkos tiket dan beragam akomodasi yang perlu ditanggung ketika bepergian ke luar negeri.

"Sampai ada virtual tour, misalnya di Bosnia-Herzegovina ada virtual turnya dijual teman-teman. Itu nggak mahal, Rp 40-50 ribu tapi jadi pemasukan tambahan lah," katanya lagi.

Untuk menjalankan kegiatannya, agen travel bakal bekerjasama dengan pemandu di negara tersebut. Dari tiket yang dibeli peserta, maka agen travel bisa membayar pemandu wisata. Nantinya, pemandu bakal menunjukkan berbagai tempat anyar.

"Setiap minggu beda-beda jadwalnya, ada Korea, Inggris, juga ada Turki. Tapi belakangan Turki sudah nggak karena udah terbuka. Kebanyakan negara yang belum buka turis dilakukan virtual tour. Atau mereka kenalkan rute-rute baru yang selama ini belum populer untuk market Indonesia," jelasnya.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tolong Pak Erick Thohir! Bisnis Travel Belum Dapat Stimulus

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular