
Harga Minyak US$ 40 Bakal Susah Tingkatkan Produksi Sumur Tua
![[DALAM] Harga Minyak Drop](https://awsimages.detik.net.id/visual/2020/04/21/9df6cbdb-ad16-4140-90cc-20cea52fd6ef_169.jpeg?w=900&q=80)
Jakarta, CNBC Indonesia - Anjloknya harga minyak akibat pandemi Covid-19 berdampak pada tidak ekonomisnya peningkatan produksi minyak dan gas bumi (migas) dari sumur-sumur tua.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Asosiasi Perusahaan Migas Indonesia (Indonesian Petroleum Association/ IPA) Ronald Gunawan.
Perusahaan migas menurutnya selalu memperhatikan tingkat keekonomian. Jika keekonomian masuk, maka menurutnya pengusaha tentu akan melakukan produksi setinggi-tingginya. Namun, tidak semua aplikasi teknologi ekonomis.
"Saya sampaikan bahwa kita perlu review case by case, sehingga perlu ada radical change (perubahan radikal). Saya pakai kata radikal karena sekarang 70% produksi oil di Indonesia berasal dari lapangan yang sudah tua," ungkapnya dalam acara "2020 International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas" secara virtual pada Rabu (02/12/2020).
Sementara itu, di lapangan-lapangan tua perlu dilakukan Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk meningkatkan produksi dan juga menjaga produksi agar tidak turun. Akan tetapi, lanjutnya, tidak semua proyek EOR itu ekonomis.
"Water-flood (injeksi air) mungkin masih oke lah, tapi EOR kalau lihat di Indonesia dengan harga minyak sekarang sekitar US$ 40 per barel itu nggak ada satu pun EOR project di Indonesia yang economic. Dengan fiscal term yang sekarang, saya pikir ini PR kita bersama, bukan hanya pemerintah," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, dalam melakukan projek sudah diupayakan dengan ongkos yang seefisien mungkin. Ongkos ini menurutnya menjadi perhatian perusahaan minyak, karena berapa pun yang sudah dikeluarkan, maka diharapkan akan menghasilkan keuntungan.
"Bahwa margin oil company dengan kondisi sekarang itu makin kecil, jadi efisiensi itu one of the thing yang harus kita lakukan," ujarnya.
Seperti diketahui, pemerintah menargetkan produksi minyak 1 juta barel per hari (bph) pada tahun 2030 mendatang. Namun ternyata sumur-sumur tua atau lapangan yang telah beroperasi saat ini masih menjadi andalan dalam mengejar target produksi tersebut.
Jaffee Arizon Suardin, Deputi Perencanaan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), sebelumnya mengatakan bahwa target produksi minyak 1 juta bph bakal diperoleh 70% dari kontribusi lapangan yang telah ada saat ini dan sisanya berasal dari kegiatan Enhanced Oil Recovery (EOR) dan eksplorasi lapangan baru.
"Kita bisa 1 juta barel per hari (bph) pada 2030 dengan kondisi existing yang ada ditambah transformasi akan berkontribusi 70%, lalu sisanya ditutup dengan EOR dan eksplorasi," tuturnya kepada CNBC Indonesia, Senin (09/11/2020).
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Asosiasi Perusahaan Migas: Produksi Minyak 1 Juta BPH Susah!
