
Faisal Basri Ramal Ekonomi RI Masih Minus Sampai Awal 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemulihan ekonomi Indonesia bakal mendapat tantangan berat hingga awal tahun mendatang. Ekonom senior Institute for Development of Economics (Indef) Faisal Basri memperkirakan ekonomi Indonesia di awal tahun depan masih akan mengalami kontraksi.
"Saya perkirakan ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi relatif lebih lama dari negara peer (sekelas). Jadi kita baru positif growth di kuartal II tahun depan. Jadi sampai Q1 2021 masih minus gitu ya," kata Faisal Basri dalam Webinar Proyeksi Ekonomi Indonesia 2021 dari Indef, Kamis (26/11/2020).
Mengenai angka produk domestik bruto (PDB) yang diperoleh memang belum bisa diperkirakan. Namun, Faisal merasa lebih optimis trennya bakal membaik setelah Q1 2021. "Tapi masih minus di Q1 mengingat virus ini mencapai puncak pada Januari-Februari, barangkali puncak gelombang pertama," jelasnya.
Faisal menilai kunci utamanya ada pada pengendalian virus. Jika pemerintah lebih serius dalam menanggulangi, maka kondisi bakal lebih baik. Apalagi, harapan untuk mengandalkan investasi pun tidak mudah saat ini. Ia menyoroti bagaimana seharusnya Indonesia tidak bergantung pada investasi asing.
"Karena sepanjang masa hampir selalu kita peranan investasi asing lebih kecil dari 10%. Bukan berarti anti asing tapi kita nggak pernah relies heavily on foreign direct investment. Jangan dibalik-balik, ayo kita dorong kredit perbankan naik terus. Ini yang mendorong ekonomi selama ini," sebut Faisal.
Untuk menanganinya, lagi-lagi kuncinya pada pemulihan ekonomi. Jika penanganan benar, kredit perbankan bakal lebih baik, begitu pun investasi. Namun jika sebaliknya, sektor investasi asing juga sulit untuk tertolong.
"Kalau gini terus investor asing juga prospek tahun 2021 belum pulih. Bahkan tahun 2022 pun belum pulih. Cenderung sebagian besar re-arrange rencana investasi mereka. Misalnya di migas, Indonesia ditinggalkan oleh Chevron, Exxon, shell, why we dont focus on maintaining existing one. Memperkuat lini-lini yang bisa diperkuat," jelasnya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Indonesia Business and Economic Report