Libur Akhir Tahun Mau 'Disunat', Ekonomi RI Bakal Sekarat?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 November 2020 12:13
Suasana terminal Lembang di Jalan Raden Patah, Ciledug, Kota Tangerang, Banten, Kamis (30/7/20). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Suasana terminal Lembang di Jalan Raden Patah, Ciledug, Kota Tangerang, Banten, Kamis (30/7/20). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun ini, Ramadan-Idul Fitri terasa sangat berbeda. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Codi-19) membuat momentum kemenangan dan kebahagiaan itu menjadi penuh keprhatinan.

Ramadan-Idul Fitri tahun ini jatuh kala pemerintah sedang getol-getolnya menegakkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk meredam penyebaran virus corona. Ini membuat tradisi berkumpul bersama keluarga dan sahabat di kampung halaman terpaksa ditiadakan. Lebaran #dirumahaja, silaturahmi dilakukan secara daring (online).

Tidak cuma itu, pemerintah juga meniadakan libur panjang Ramadan-Idul Fitri. Maklum, sebagian besar pekerja memang masih wajib bekerja dari rumah dan diimbau tidak ke mana-mana (apalagi mudik). Jadi libur panjang saat itu memang bakal sia-sia.

Begitu ketatnya PSBB kala itu tidak hanya melukai hati dan tradisi, tetapi juga ekonomi. Ramadan-Idul Fitri yang biasanya menjadi puncak konsumsi rumah tangga berubah menjadi petaka.

Pada kuartal II-2020, konsumsi rumah tangga terkontraksi atau tumbuh negatif 5,51% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Konsumsi rumah tangga berkontribusi lebih dari 50% dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), sehingga ekonomi Ibu Pertiwi tumbuh negatif 5,32% YoY, pencapaian terendah sejak 1999.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> COVID MAKIN MENGGILA

Untuk mengobati luka itu, pemerintah menggeser libur panjang Ramadan-Idul Fitri ke akhir tahun, berdempetan dengan liburan Hari Natal-Tahun Baru. Akhir tahun ini, silakan melepas rindu yang tertahan selama berbulan-bulan. Silakan mudik, silakan bersilaturahmi dengan keluarga dan kolega di kampung halaman.

Akan tetapi, ada perkembangan terbaru. Ternyata penyebaran virus corona akhir-akhir ini bukannya melambat tetapi malah semakin cepat.

Per 23 November 2020, Kementerian Kesehatan melaporkan jumlah pasien positif corona mencapai 502.110 orang. Bertambah 4.442 orang (0,89%) dibandingkan hari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (10-23 November), rata-rata jumlah pasien positif bertambah 4.396 orang per hari. Melonjak dibandingkan 14 hari sebelumnya yaitu 3.403 orang setiap harinya.

Sementara laju pertumbuhan kasus baru dalam 14 hari terakhir adalah 0,94% per hari. Meningkat dibandingkan 14 hari sebelumnya yakni 0,82% per hari.

Pandemi virus corona memang memukul ekonomi. Tidak sekadar memukul, tetapi membuat hancur lebur. Pandemi ini mempengaruhi dua sisi ekonomi sekaligus, produksi dan permintaan.

Namun jangan lupa, pandemi adalah fenomena kesehatan. Apabila aspek kesehatan bermasalah, maka bidang lain harus mengalah dan memberi jalan prioritas untuk penanganan kesehatan.

Percepatan laju penyebaran virus corona membuat pemerintah mempertimbangkan untuk meniadakan libur panjang akhir tahun. Lagi-lagi rakyat Indonesia harus prihatin, berkorban agar virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini tidak semakin 'menggila'.

Pada kuartal III-2020, ekonomi Indonesia membaik meski masih terkontraksi 3,49% YoY. Awalnya ada harapan pencapaian kuartal IV-2020 bisa lebih baik lagi, salah satunya karena libur panjang yang mendongrak konsumsi masyarakat.

Akan tetapi, ada kemungkinan libur panjang akhir tahun dipangkas. Awalnya libur panjang direncakan berdurasi 11 hari, tetapi bisa jadi bakal 'disunat'.

"Berkaitan dengan masalah libur, cuti bersama akhir tahun, termasuk libur pengganti cuti bersama Hari Raya Idul Fitri, Bapak Presiden memberikan arahan supaya ada pengurangan," ungkap Muhadjir Effendy, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

Akibatnya, kemungkinan kinerja ekonomi nasional pada kuartal IV-2020 tidak akan sebaik perkiraan. Ekonomi sepanjang 2020 pun hampir mustahil tumbuh positif.

Proyeksi pemerintah untuk pertumbuhan ekonomi 2020 adalah -1,7% sampai -0,6%. Tidak ada angka positif, pencapaian terbaik pun sepertinya masih akan minus.

"Kami memperkirakan ekonomi Indonesia masih berada di zona resesi pada kuartal IV-2020 dengan pertumbuhan -1,75% YoY. Untuk keseluruhan 2020, kami menurunkan proyeksi dari -0,61% YoY menjadi -1,96% YoY.

"Meski ada kecenderungan kasus di DKI Jakarta dan Jawa Timur, dua hotspot pandemi terparah di Indonesia, tetapi pasien di dua provinsi tersebut tetap tinggi. Ini menjadi hambatan konsumen untuk berbelanja, terutama kelompok menengah-atas," papar riset Mirae Asset.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Masih Resesi, Ekonomi RI Q1 Diramal Tumbuh -1% Hingga -0,1%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular