'Hantu' CAD Pergi dari RI Bukan Karena Prestasi, Tapi Tragedi

Impor non-migas akan menjadi kunci apakah transaksi berjalan masih akan surplus atau kembali defisit di kuartal IV-2020. Sektor manufaktur Indonesia sebenarnya mulai menunjukkan kebangkitan di bulan Agustus lalu, kala angka PMI naik menjadi 50,8.
Tetapi sayangnya, DKI Jakarta kembali menerapkan Pembasatan Sosial Bersakala Besar (PSBB) yang lebih ketat pada petengahan September yang membuat sektor manufakfur kembali berkontraksi. PSBB akhirnya kembali dilonggarkan di bulan Oktober, dan PMI naik kembali meski belum mencapai ekspansi.
"Pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada pertengahan Oktober hanya sedikit mendorong aktivitas manufaktur. Volume produksi masih menurun, demikian pula pemesanan baru. Permintaan eksternal (ekspor) juga melemah, bahkan cukup dalam. Dampak pandemi virus corona masih membebani gerak ekonomi secara keseluruhan," sebut keterangan tertulis IHS Markit.
Mulai pulihnya sektor manufaktur artinya permintaan impor barang modal dan bahan baku penolong tentunya akan meningkat. Jika tidak diimbangi dengan peningkatan ekspor non-migas, tentunya surplus transaksi berjalan akan tergerus di kuartal IV-2020, atau bahkan ada kemungkinan berbalik defisit lagi.
Masalahnya, Amerika Serikat yang pangkas ekspornya mencapai 12,1% di bawah China 16,5% sedang mengalami serangan virus corona gelombang kedua. Beberapa negara bagian mulai mengetatkan lagi pembatasan sosial, yang tentunya membuat roda bisnis kembali menurun.
Alhasil, ekspor ke Negeri Paman Sam berisiko menurun. Seperti disebutkan sebelumnya, ekspor non-migas di kuartal III-2020 hanya mengalami kenaikan ke China dan Amerika Serikat, sementara sisanya masih mengalami kontraksi. Penurunan ekspor ke AS tentunya mengancam pendapatan ekspor non-migas, yang dapat menggerus surplus transaksi berjalan.
Tetapi kabar baiknya, jika impor kembali meningkat, artinya aktivitas perekonomian di Indonesia mulai berputar lagi, sehingga penurunan surplus transaksi berjalan tidak selalu berarti buruk.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
