Internasional

Blok Dagang Terbesar Dunia Lahir, Siapa Untung & Buntung?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
17 November 2020 15:07
Presiden Jokowi Hadiri KTT ASEAN-PBB dan KTT RCEP (Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden Jokowi Hadiri KTT ASEAN-PBB dan KTT RCEP (Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Lantas sebenarnya seberapa menguntungkan blok dagang terbesar di dunia ini? Apakah benar bisa mendorong perekonomian global ke depannya?

Apabila dibandingkan dengan kerja sama dagang regional Asia Pasifik lain seperti TPP tanpa AS (TPP11) maka dampak terhadap pendapatan globalnya lebih besar RCEP.

Petri dan Plummer mengestimasi tambahan pendapatan global di bawah TPP11 hanya sebesar US$ 147 miliar pada 2030 nanti sementara dengan RCEP bakal ada tambahan sebesar US$ 286 miliar.

Namun kerja sama perdagangan bebas tanpa AS tetap saja dampaknya akan minim. Apabila dalam TPP AS masih bergabung (TPP12) maka output global bakal bertambah sebesar US$ 492 miliar dalam satu dekade ke depan. Angka ini jelas jauh lebih besar dari dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh RCEP. 

Dengan skenario RCEP total ekspor pada 2030 bakal terdongkrak sebesar US$ 677 miliar. Namun dampak bagi masing-masing negara akan berbeda. Bagi negara anggota RCEP dampaknya positif sementara bagi India dan AS yang tidak terlibat dampaknya bersifat negatif. 

Bagi China, Jepang dan Korea Selatan dampak RCEP terhadap ekspor dan real income ketiga negara tersebut tergolong besar ketimbang dengan negara-negara anggota lainnya. 

Bagi RI, dampaknya positif tetapi size-nya terbilang masih minim bila mengacu pada working paper Petri dan Plummer. Total tambahan pendapatan riil nasional pada 2030 mencapai US$ 1 miliar sementara dari sisi ekspor dapat terdongkrak sebesar US$ 17 miliar. 

Sampai saat ini dari berbagai studi yang dilakukan oleh akademisi, praktisi hingga lembaga think tank global masih sepakat bahwa dampak perjanjian perdagangan bebas bersifat net gain.

Namun sekali lagi aspek kualitas dari perjanjian dagang tersebut hingga daya saing suatu negara juga akan sangat menentukan apakah anggota dari blok dagang bisa memaksimalkan dampak positif dari kerja sama yang disepakati. 

Bagi Indonesia yang menderita penyakit kronis yaitu defisit neraca dagang artinya harus bersiap diri membangun daya saing dari sisi kualitas produk, inovasi, produktivitas hingga keterjangkauan harga, karena tanpa semua aspek tadi mustahil dampak perdagangan bebas yang besar akan dirasakan oleh suatu negara. 

TIM RISET CNBC INDONESIA 

(twg)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular