
Perjanjian Dagang Terbesar Diteken, China Menang Banyak Nih?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak 15 negara Asia-Pasifik telah menandatangani kesepakatan perdagangan bebas terbesar di dunia. Perjanjian ini dipandang sebagai cara China dalam memperluas pengaruhnya terhadap perekonomian dunia.
Perjanjian itu adalah Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) yang mencakup 10 negara di kawasan ASEAN bersama dengan China, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, dan Australia, dengan persentase sekitar 30% dari PDB global.
Namun penandatangan RCEP ini tidak diikuti oleh India. Negeri Bollywood ini tidak hadir selama penandatanganan virtual dan sudah menarik diri dari perjanjian tahun lalu karena khawatir akan barang-barang murah China yang nantinya memasuki negara itu.
Pertama kali diusulkan pada 2012, kesepakatan itu akhirnya disegel pada akhir Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Tenggara guna mengembalikan ekonomi yang berantakan akibat pandemi virus corona (Covid-19).
"Dalam keadaan global saat ini, fakta bahwa RCEP telah ditandatangani setelah delapan tahun negosiasi membawa secercah cahaya dan harapan di tengah awan," kata Perdana Menteri China Li Keqiang setelah penandatanganan virtual pada Minggu (15/11/2020), dikutip dari AFP.
"Ini dengan jelas menunjukkan bahwa multilateralisme adalah jalan yang benar, dan mewakili arah yang benar dari ekonomi global dan kemajuan umat manusia."
Kesepakatan untuk menurunkan tarif dan membuka perdagangan jasa di dalam blok tanpa campur tangan Amerika Serikat (AS) dipandang sebagai alternatif China untuk mencari pengganti perjanjian perdagangan dengan AS yang sekarang sudah tidak berfungsi dengan baik.
Alexander Capri, pakar perdagangan di National University of Singapore Business School, mengatakan RCEP memperkuat ambisi geopolitik regional China yang lebih luas di sekitar Belt and Road Initiative (BRI/OBOR).
"Ini semacam elemen pelengkap," kata Capri, merujuk pada proyek investasi khas Beijing yang membayangkan infrastruktur dan pengaruh China yang mencakup dunia.
Negara-negara yang menandatangani perjanjian ini berharap RCEP akan membantu mengurangi biaya ekonomi yang lumpuh akibat pandemi. Belum lama ini Indonesia jatuh ke dalam jurang resesi, sementara ekonomi Filipina menyusut 11,5% per tahun di kuartal terakhir.
Iris Pang, kepala ekonom ING untuk China, menanggap bahwa RCEP dapat membantu Beijing mengurangi ketergantungannya pada pasar dan teknologi luar negeri. Kedua elemen itu saat ini terganggu oleh keretakan yang semakin dalam dengan Washington.
Kesepakatan ini makin menjauhkan AS dari wilayah dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia itu. Sebelumnya Presiden AS Donald Trump juga menarik Washington untuk keluar dari Kemitraan Trans Pasifik (TPP), yang sebelumnya dirancang oleh Presiden Obama.
Meski Joe Biden menjadi presiden terpilih pada pemilu minggu lalu, namun analis mengatakan AS sepertinya tidak akan langsung bergabung dengan RCEP ataupun Kemitraan Trans Pasifik (TPP) dikarenakan fokus pada penanggulangan Covid-19 di dalam negeri.
Sementara itu, India sebagaimana dijelaskan di awal, menarik diri dari pembicaraan RCEP pada November tahun lalu. Akan tetapi para pemimpin ASEAN mengatakan pintu tetap terbuka bagi siapa saja yang ada di Asia Paifik untuk bergabung.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Blok Dagang Terbesar Dunia Lahir, Siapa Untung & Buntung?