Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump rupanya masih belum menerima kekalahan dari presiden terpilih Joe Biden. Trump kembali melontarkan tuduhan tidak berdasar atas hasil penghitungan suara pilpres beberapa waktu lalu.
Trump mengklaim 2,7 juta suara yang memilih dirinya 'dihapus' dan ratusan ribu suara pemilih yang didapatnya telah dialihkan ke Biden. Dalam tuduhan terbarunya, Trump ini mengutip laporan tidak berdasar yang disampaikan One America News Network (OANN), saluran kabel pro-Trump.
Tuduhan itu menyebut penghapusan dan pengalihan suara pemilih dilakukan oleh Dominion Voting Systems, perusahaan teknologi yang sistemnya digunakan secara luas untuk pemilu dan pilpres AS.
"Laporan: Dominion menghapus 2,7 juta suara Trump secara nasional. Analisis data menemukan 221.000 suara di Pennsylvania dialihkan dari Presiden Trump ke Biden. 941.000 suara Trump dihapus," tulis Trump dengan huruf kapital dalam cuitannya pada Kamis (12/11/2020) waktu setempat.
"Negara-negara bagian menggunakan sistem pemungutan suara Dominion mengalihkan 435.000 suara dari Trump ke Biden," lanjut Trump, sembari me-mention akun @ChanelRion dan @OANN.
Namun cuitan Trump itu diberi label yang berbunyi 'klaim tentang kecurangan pemilu ini diperdebatkan' oleh pihak Twitter.
Keesokan harinya, Trump kembali mencuit mengenai hasil suara yang ia dapatkan. "Negara-negara bagian ini harus segera dimasukkan ke kolom Trump Win. Biden tidak menang, dia kalah banyak!" cuitnya.
Lagi-lagi Twitter menyematkan label, menyebut tweet Trump berbeda dari informasi sumber resmi pemilihan presiden AS.
Hal 2>>
Pejabat pemilu AS buka suara mengenai hal ini, mengatakan 'tidak ada bukti' suara yang diperoleh Trump diberikan kepada Biden. Mereka juga mengatakan tidak menerapkan sistem pemungutan suara yang korup dalam pemilihan AS kemarin.
Selain itu pejabat senior federal dan pemilihan negara bagian AS dalam sebuah pernyataan menolak klaim penipuan Trump, dengan mengatakan bahwa "pemilu 3 November adalah yang paling aman dalam sejarah Amerika".
P
ernyataan tersebut dikeluarkan oleh Dewan Koordinasi Pemerintah Infrastruktur Pemilu, kelompok payung publik-swasta di bawah badan keamanan pemilihan federal utama, Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur (CISA).
"Tidak ada bukti bahwa sistem pemungutan suara menghapus atau kehilangan suara, mengubah suara, atau dengan cara apapun dikompromikan," kata mereka, dikutip dari AFP.
"Meskipun kami tahu ada banyak klaim dan peluang yang tidak berdasar untuk informasi yang salah tentang proses pemilihan kami, kami dapat meyakinkan Anda bahwa kami memiliki kepercayaan penuh pada keamanan dan integritas pemilihan kami, dan Anda juga harus melakukannya," kata pernyataan itu.
Pernyataan itu juga ditandatangani oleh kepala Asosiasi Nasional Direktur Pemilihan Negara Bagian dan Asosiasi Nasional Sekretaris Negara, pejabat yang mengelola pemilihan di tingkat negara bagian, dan oleh ketua Komisi Bantuan Pemilu AS.
Akibat kelakuan Trump, sebagian besar anggota parlemen dari Partai Republik juga belum mengakui kemenangan Biden. Pemimpin Minoritas Senat Chuck Schumer dari Partai Demokrat menuduh mereka pengecut karena menyangkal kenyataan.
"Alih-alih bekerja untuk menarik negara kembali bersama sehingga kita dapat melawan musuh bersama kita Covid-19, Partai Republik di Kongres menyebarkan teori konspirasi, menyangkal kenyataan dan meracuni demokrasi kita," katanya.