
Trump Meledak Lagi ke China: Haram Investasi di 31 Perusahaan

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski masa jabatan Presiden Petahana Amerika Serikat (AS) Donald Trump diprediksi kuat hanya tinggal dua bulan lagi, tetapi konflik dengan China sepertinya masih memanas.
Pada Kamis (12/11/2020) Trump menandatangani perintah eksekutif yang melarang orang Amerika, baik perusahaan ataupun individu, berinvestasi pada perusahaan China yang diyakini mendukung militer Beijing.
"Republik Rakyat China (RRC) semakin mengeksploitasi modal AS untuk sumber daya dan memungkinkan pengembangan dan modernisasi militer, intelijen, dan perangkat keamanan lainnya," kata Presiden dalam perintah tersebut, dikutip Jumat (13/11/2020).
Larangan tersebut akan berlaku mulai pukul 09.30 (waktu AS) pada 11 Januari 2021. Terdapat 31 perusahaan diidentifikasi oleh Departemen Pertahanan sebagai "mitra militer Komunis China" termasuk raksasa teknologi China Huawei.
Secara detil, AS beranggapan bahwa perusahaan-perusahaan ini memungkinkan evolusi militer China melalui akses ke teknologi canggih. AS menyebut 'mengarah pada ekspansi global Beijing yang agresif'.
Perintah itu muncul setelah peringatan berkali-kali dari Departemen Keamanan Nasional dan tim ekonomi Trump, yang mengatakan bahwa tindakan yang lebih tegas perlu diambil untuk menghindari 'paparan orang Amerika' terhadap perusahaan yang mendukung ambisi militer China.
Sementara itu, Penasihat Keamanan Nasional AS Robert O'Brien telah memimpin seruan pemerintah untuk menindak investasi AS di perusahaan China.
Ia menyatakan bahwa tindakan ini untuk melindungi masyarakat AS dari ancaman Tentara China seraya menuduh Beijing melakukan infiltrasi besar-besaran untuk mempengaruhi masyarakat dalam pengembangan persenjataannya.
"Tindakan Presiden berfungsi untuk melindungi investor Amerika agar tidak secara tidak sengaja memberikan modal yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan badan intelijen Tentara Pembebasan Rakyat dan Republik Rakyat Tiongkok," kata O'Brien.
"Badan intelijen Beijing secara rutin menargetkan warga dan bisnis Amerika melalui operasi dunia maya, dan secara langsung mengancam infrastruktur penting, ekonomi, dan militer Amerika serta sekutu dan mitranya di seluruh dunia."
Sebagaimana diketahui, dari hasil hitung cepat sejumlah media AS, Trump kalah dari penantangnya Joe Biden. Ia hanya mendapat 214 suara elektoral sedangkan Biden 290.
Meski demikian Trump menilai Biden menang dengan curang. Ia mengaku tak akan ada transisi dengan mudah.
Hal senada juga diamini Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo. Ia malah berujar akan ada transisi yang mulus untuk periode kedua Trump memimpin. Ia pun menyebut urusan AS dengan China belum kelar.
(sef/sef) Next Article Ada Militer China, Trump Larang Investasi di 31 Perusahaan
