Internasional

Raja Salman Serang Iran, Sebut Negara Sponsor Terorisme

sef, CNBC Indonesia
13 November 2020 06:44
FILE PHOTO: Saudi Arabia's King Salman bin Abdulaziz Al Saud talks during the opening of 29th Arab Summit in Dhahran, Saudi Arabia April 15, 2018. Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY/File Photo
Foto: Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud (Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemimpin Arab Saudi, Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud menyerang Iran. Ia menyerukan ke dunia internasional untuk mengakui Iran sebagai sponsor dari terorisme.

Bahkan, kata dia, internasional harus menyadari peran Iran dalam mendukung terorisme dan ekstrimisme. Ini merupakan pernyataan keras kedua sang raja ke Iran di 2020, setelah pidato di depan Majelis Umum PBB September lalu.



"Saudi menegaskan bahaya proyek regional oleh rezim Iran," katanya dalam pernyataan di Dewan Syura, Kamis (12/11/2020) dikutip dari Reuters.

"Kami menolak campur tangan Iran ... dan dukungannya untuk terorisme, ekstremisme dan sektarianisme.



Ia pun mendesak dunia untuk tegas pada pengembangan nuklir dan rudal balistrik negeri Ayatollah Khamenei itu. Menurutnya komunitas internasional harus mengambil posisi.

"Kami menyerukan kepada komunitas internasional untuk mengambil posisi kuat ke Iran dan memastikan tidak memiliki senjata pemusnah massal."

Dalam persebaran geopolitik di Timur Tengah, Arab Saudi dan Iran selalu menjadi seteru abadi. Dua negara besar itu selalu berusaha memperbesar pengaruhnya dan memperebutkan posisi sebagai motor politik internasional timur tengah.

Dilansir dari BBC, sebab dari rivalitas yang tajam ini adalah haluan agama kedua negara. Arab Saudi menjadi motor dari Islam Sunni, sementara Iran lebih cenderung kearah Islam Syiah.

Secara historis, Arab Saudi melihat dirinya sebagai pemimpin dunia islam. Namun setelah Revolusi terjadi di Iran tahun 1979, Iran bertransformasi menjadi negara baru dengan haluan "Teokrasi Revolusioner" yang dipimpin oleh seorang pemuka agama tertinggi yang disebut dengan "Ayatollah Agung".

Dengan revolusi ini, Iran bertekad untuk memperluas model kenegaraan ini ke seluruh dunia Arab. Ini yang membuat dinamika hubungan antara Arab Saudi dan Iran makin memanas dalam 20 tahun terakhir.

Pada invasi yang dimotori AS ke Irak pada 2003, Saddam Hussein yang telah menjadi musuh utama Iran, digulingkan. Melihat hal itu Iran membuka jalan kepada kelompok Syiah di Baghdad untuk memimpin negara kaya minyak itu.

Setelah itu pengaruh Iran telah meningkat di Irak. Pada Arab Spring yang dimulai pada tahun 2011, hubungan kedua negara makin memburuk setelah mereka mulai mencampuri urusan negara-negara yang sedang bergejolak seperti Suriah, Yaman, dan Bahrain.

Sementara itu, Di kesempatan yang sama, Raja Salman juga menyinggung Yaman dan Palestina. Di Yaman, Arab Saudi berkonflik dengan milisi Houthi.

Menurutnya Houthi melanggar hukum internasional. Ia menyerukan dukungan ke rakyat Yaman untuk menerbut kembali kedaulatan dari 'milisi' yang kerap menggencarkan serangan drone ke kerajaannya itu.

Kelompok ini menjadi sumber sejumlah serangan ke negeri itu. Termasuk ledakan di fasilitas minyak BUMN migas Saudi, Saudi Aramco, di 2019.

Khusus Palestina, Raja Salman menegaskan mendukung terbentuknya negara Palestina merdeka. Ia mengatakan ingin Palestina dan Israel mencapai solusi adil dan permanen.




(sef/sef) Next Article Panas! Tiba-tiba Raja Salman Kasih Warning Keras ke Iran

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular