
Ribut China-Australia Makan Korban Lagi: LNG!

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan Energi Woodside Petroleum menunda negosiasi penjualan saham di ladang gas dan proyek gas alam cair (LNG) ke perusahaan China. Ini menyusul memanasnya hubungan antara Beijing dan Canberra.
Kepala Eksekutif Woodside Peter Coleman mengatakan pembicaraan sudah dihentikan beberapa bulan lalu. Namun ia tetap berharap untuk menghidupkannya kembali ketika pertengkaran diplomatik mereda.
"Mereka menasehati kita beberapa bulan lalu bahwa mereka tidak bisa memprosesnya karena hubungan antara Australia dan China," kata Coleman dikutip dari Reuters, Kamis (12/11/2020).
Sebelumnya Woodside telah melakukan pembicaraan dengan perusahaan minyak nasional China, termasuk PetroChina. Ini terkait lapangan gas Scarborough dan proyek Pluto LNG Train 2 di Laut China Selatan (LCS).
Namun ditegaskannya ketegangan ini tidak berdampak pada kerjasama yang sudah ada sebelumnya dengan perusahaan China lain, di proyek lainnya. Australia adalah pengekspor LNG terbesar ke China dengan porsi sebesar 40% dari total di negeri panda itu.
Sebelumnya, hubungan Australia dan China memanas setelah Negara Kanguru menyerukan penyelidikan internasional terhadap sumber virus corona (Covid-19). Selain itu, manuver yang dilakukan China di beberapa negara Asia Tenggara dan Pasifik membuat negeri Perdana Menteri Scott Morrison ini gerah.
Ketegangan ini telah menyebabkan produk pertanian dan batu bara Australia diblokir China. Australia sudah memperingatkan 400 eksportirnya terkait serangan China itu.
Sementara China membantah mengkoordinasi aksi memboikot Australia. Khusus batu bara misalnya, China mengaku itu inisiatif perusahaan lokal.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang Dagang Makin Panas, China Setop Impor Daging Australia
