Pantas Saja Sogo Cs PHK Massal, Ini Ternyata Sebabnya

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 November 2020 15:32
Suasana LTC Glodok, Pandemi Covid-19  membuat puluhan kios tutup, para peritel memilih tutup toko dan beralih ke penjualan Online, Jumat (6/11/2020). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Suasana LTC Glodok, Pandemi Covid-19 membuat puluhan kios tutup, para peritel memilih tutup toko dan beralih ke penjualan Online, Jumat (6/11/2020). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Data terbaru ini memberi gambaran suramnya industri ritel Tanah Air. Bukan hanya di Indonesia, situasi serupa juga terjadi di banyak negara.

Mengutip data Statista, nilai penjualan ritel di seluruh dunia pada 2020 diperkirakan US$ 23,36 triliun. Turun 5,73% dibandingkan tahun sebelumnya.

Penyebabnya apa lagi kalau bukan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Pandemi virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini membuat dunia berantakan.

Virus corona menyebar dengan kecepatan dan cakupan yang luar biasa. Bermula dari sebuah kota di Negeri Panda, virus ini sudah 'membobol' lebih dari 200 negara dan teritori di seluruh dunia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh negara per 10 November 2020 adalah 50.676.072 orang. Bertambah 427.551 orang (0,85%) dibandingkan hari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (28 Oktober-10 November 2020), rata-rata pasien baru bertambah 514.745 orang per hari. Melonjak dibandingkan 14 hari sebelumnya yaitu 406.421 orang per hari.

Akibatnya, dunia masih belum bisa normal. Kebijakan pembatasan sosial (social distancing) masih jadi andalan untuk meredam penyebaran virus corona.

Dengan pembatasan sosial, miliaran warga dunia diminta sebisa mungkin #dirumahaja. Bekerja, belajar, dan beribadah di rumah. Jangan keluar rumah kecuali untuk urusan yang maha mendesak.

Seiring perjalanan, social distancing memang dikendurkan dan dunia memasuki masa reopening, new normal, Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) atau terserah apa sebutannya. Namun bukan berarti kembali seperti sebelum pandemi, masih ada pembatasan di sana-sini.

Misalnya di Indonesia, pusat perbelanjaan memang sudah boleh beroperasi. Akan tetapi kapasitas pengunjung dibatasi, maksimal 50%.

Well, 50% pengunjung memang lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Namun itu masih belum cukup memenuhi skala ekonomi yang optimal.

Akibatnya, dunia usaha masih harus melakukan efisiensi yang salah satunya adalah PHK. Industri ritel yang sangat terpukul menjadi salah satu yang paling banyak melakukan PHK.

Mengutip kajian Organisasi Buruh Dunia (ILO), sektor perdagangan ritel dan partai besar adalah industri yang sangat rawan terkena dampak pandemi virus corona. Sektor usaha lain yang juga rentan adalah akomodasi makan-minum, real estate, dan manufaktur.

coronaSumber: ILO

"Krisis Covid-19 mempengaruhi seluruh sektor usaha karena permintaan yang turun drastis. Pekerja di sektor ritel juga merasakan dampaknya. Banyak gerai yang terpaksa tutup karena upaya pengendalian wabah, dan konsumsi juga melambat," sebut kajian ILO.

Oleh karena itu, tidak heran tsunami PHK masih menerjang sektor perdagangan ritel. Selagi virus corona masih bergentayangan, akan sulit bagi sektor ini untuk bisa bangkit.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular