Nagorno-Karabakh Masih Membara, 44 Pasukan Armenia Tewas

Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
09 November 2020 18:55
An Armenian serviceman fires a cannon towards Azerbaijan positions in the self-proclaimed Republic of Nagorno-Karabakh, Azerbaijan, Tuesday, Sept. 29, 2020. Armenian and Azerbaijani forces accused each other of attacks on their territory Tuesday, as fighting over the separatist region of Nagorno-Karabakh continued for a third straight day following the reigniting of a decades-old conflict. (Sipan Gyulumyan/Armenian Defense Ministry Press Service/PAN Photo via AP)
Foto: Seorang prajurit Armenia menembakkan meriam ke arah posisi Azerbaijan di Republik Nagorno-Karabakh, Azerbaijan, Selasa, 29 September 2020. (Sipan Gyulumyan/Armenian Defense Ministry Press Service/PAN Photo via

Jakarta, CNBC Indonesia - Peperangan antara Armenia dan Azerbaijan mengenai perebutan wilayah Nagorno-Karabakh masih membara. Meski persetujuan gencatan senjata telah diinisiasi di Jenewa, Swiss, beberapa waktu lalu, tapi pertempuran masih belum bisa diredam.

Dilansir dari Reuters pada Senin (09/11/2020), Kementerian Pertahanan Nagorno-Karabakh, wilayah yang diklaim dalam penguasaan Armenia itu, menyatakan bahwa 44 lagi pasukan Armenia tewas dalam pertempuran dengan tentara Azerbaijan, menambah daftar pasukan Armenia yang tewas menjadi 1.221 jiwa sejak 27 September.

Konflik Nagorno-Karabakh telah mencapai titik terburuknya semenjak 1992. Pada saat itu, 30.000 orang dinyatakan meninggal dunia. Nagorno-Karabakh secara internasional diakui sebagai wilayah bagian dari Armenia. Sampai hari ini kedua negara belum menyatakan mundur sejengkal pun atas klaim mereka tentang wilayah ini.

Padahal, pada 30 Oktober lalu para Menteri Luar Negeri Armenia dan Azerbaijan sepakat untuk mengambil langkah-langkah mendesak setelah mengadakan pembicaraan untuk menyelesaikan konflik di Nagorno-Karabakh di mana ratusan orang telah tewas dalam lebih dari sebulan pertempuran.
Hal tersebut diungkapkan melalui sebuah pernyataan dari sejumlah negara berkuasa seperti Rusia, Prancis dan Amerika Serikat, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (31/10/2020).

Para menteri yang bertemu di Jenewa, Swiss ini setuju untuk tidak dengan sengaja menargetkan penduduk sipil, terlibat dalam pertukaran mayat di medan perang, dan memberikan daftar tahanan perang yang ditahan dalam seminggu dengan tujuan untuk pertukaran, kata pernyataan utusan dari Rusia, Prancis dan Amerika Serikat tersebut.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mengapa Armenia-Azerbaijan Perang?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular