Catat! 5 Kegagalan Besar Trump Saat Menjadi Presiden AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) petahana, Donald Trump dikalahkan dalam Pilpres AS 2020 oleh Joe Biden, penantangnya dari Partai Demokrat yang memiliki total suara elektoral (electoral votes) sebanyak 290, sementara Trump hanya 214 suara.
Selama menjabat sebagai orang nomor satu di negeri Paman Sam itu, ada lima kegagalan besar yang tercatat di bawah kepemimpinannya sebagai Presiden.
Mengutip CNN, Minggu (8/11/2020) kegagalan pertama bagi Trump ialah, soal insiden yang dicatat dalam sejarah buruk rasis AS, yakni Charlottesville dan George Floyd.
Tanggapan Trump terhadap bentrokan yang terjadi dalam demonstrasi pendukung neo-Nazi yang mematikan di Charlottesville, Virginia, pada 2017 tetap menjadi salah satu momen paling kontroversial dalam masa kepresidenannya.
Tanggapannya juga melambangkan catatan kontroversial tentang hubungan ras dan supremasi kulit putih. Trump menyalahkan "banyak pihak" atas kekerasan di demonstrasi tersebut yang mengakibatkan kematian seorang demonstran, Heather Heyer. Trump kemudian berkata bahwa ada "orang yang sangat baik di kedua sisi".
Pernyataan tersebut menuai kecaman dari berbagai pihak, salah satunya yang dilontarkan oleh Senator Republik, Lindsey Graham dari South Carolina, yang sering menjadi salah satu pembela kuat Trump di Kongres.
Dia mengatakan ucapan presiden "memecah belah orang Amerika, bukan mendukung mereka".
"Presiden Trump mundur selangkah dengan kembali mengatakan ada kesetaraan moral antara supremasi kulit putih, neo-Nazi, dan anggota KKK (Ku Klux Klan)," kata Graham saat itu.
Ku Klux Klan dikenal juga sebagai 'The Klan' adalah sebuah kelompok rasis ekstrem di AS berdiri pada 24 Desember 1865. Kelompok ini berkeyakinan bahwa ras kulit putih adalah ras yang terbaik
Kedua, citra AS di mata dunia berantakan. Citra AS telah menurun secara signifikan di bawah kepemimpinan Trump. Dia berulang kali menghina sekutu utama AS sambil menyesuaikan diri dengan para diktator.
Trump cenderung mendorong sekutu penting menjauh dan mengisolasi AS, contohnya dengan menarik diri dari perjanjian internasional penting seperti kesepakatan iklim Paris yang memberikan dampak nyata.
Pada Januari 2020, Pew Research Center merilis survei terhadap 32 negara yang menunjukkan median 64 persen. Mereka mengatakan tidak memiliki kepercayaan terhadap Trump untuk melakukan hal yang benar dalam urusan dunia. Hanya 29 persen yang menyatakan kepercayaan terhadap Trump.
Ketiga, perpisahan keluarga dan kematian anak-anak migran. Kebijakan "tanpa toleransi" Trump terhadap penyeberangan perbatasan ilegal telah menyebabkan pemisahan setidaknya 5.000 keluarga dan anak-anak ditempatkan di dalam kurungan.
Awalnya, pemisahan itu dilakukan untuk mengurangi orang-orang yang tidak berdokumen melintasi perbatasan AS-Meksiko. Trump dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan melanggar hukum internasional oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
![]() People gather in Black Lives Matter Plaza to celebrate President-elect Joe Biden's win over President Donald Trump to become the 46th president of the United States, Saturday, Nov. 7, 2020, in Washington. His victory came after more than three days of uncertainty as election officials sorted through a surge of mail-in votes that delayed the processing of some ballots. (AP Photo/Jacquelyn Martin) |
Keempat, menarik AS dari kesepakatan nuklir 2015 pada 2018. Ini menjadi salah satu keputusan yang populer.
Trump dinilai telah gagal dalam menggagalkan perilaku agresif Iran di kawasan Timur Tengah. Setelah serangkaian insiden di kawasan Teluk Persia pada 2019, ketegangan antara Washington dan Teheran mencapai puncak bersejarah dan memicu kekhawatiran perang.
Ketakutan ini diperburuk setelah Trump memerintahkan serangan yang menewaskan jenderal tertinggi Iran, Qasem Soleimani, pada awal Januari. Serangan itu menyebabkan Iran membalas dan menembaki pasukan AS di wilayah tersebut hingga puluhan lainnya terluka parah.
Terakhir, pandemi virus corona. Penanganan Trump terhadap pandemi menjadikan salah satu bencana terbesar dalam sejarah AS dengan ratusan ribu orang telah meninggal dan jutaan lainnya kehilangan pekerjaan.
Tercatat AS memiliki wabah virus corona terburuk di dunia dengan lebih dari 9,5 juta kasus dikonfirmasi dan lebih dari 236 ribu kematian yang dilaporkan.
Trump telah berulang kali meremehkan ancaman virus itu dan membantah pakar kesehatan masyarakat terkemuka, Anthony Fauci. Dia juga mengabaikan rekomendasi dari para penasihat di Satgas virus corona Gedung Putih.
Sayangnya, Trump menolak bertanggung jawab atas kegagalannya dalam menghadapi pandemi dan justru balik menyalahkan China.
Penanganan Trump atas pandemi juga membuat AS malu di panggung dunia, sehingga menciptakan kekosongan dalam kepemimpinan global yang buru-buru diisi oleh China.
Awal Oktober lalu, Trump dan Istrinya, Melania menjadi orang-orang yang terpapar virus corona di Amerika.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 3 Jurus 'Amuk' Trump Jegal Biden, Termasuk Demo 6 Januari
