Biden Menang, Hayo IHSG Besok Hijau atau Merah?

Yuni Astuti, CNBC Indonesia
08 November 2020 12:45
Fletcher Peters of New York, a journalism student at NYU, reacts as she watches President-elect Joe Biden on a monitor in Times Square Saturday, Nov. 7, 2020, in New York, as he addressed the nation. Peters said
Foto: Warga saat melihat Presiden terpilih Joe Biden di monitor di Times Square Sabtu, 7 November 2020, di New York.(AP / Craig Ruttle)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham dunia termasuk Indonesia pada awal pekan depan diprediksi menguat, menyusul kemenangan Joe Biden pada pemilu di Amerika Serikat (Pilpres AS) mengalahkan petahana Donald Trump.

Hanya saja investor diminta waspada karena Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai indeks acuan di Bursa Efek Indonesia (BEI) berpotensi terkena aksi ambil untung investor alias profit taking.

Data BEI mencatat, dalam sepekan terakhir (2-6 November), IHSG melesat 4,05% dan sebulan terakhir perdagangan naik 6,73%. Pada Jumat lalu, IHSG ditutup naik 1,43% di posisi 5.335,53.

"Tetapi sesudah itu sangat rawan mengalami aksi profit taking akibat kenaikan yang banyak pada minggu lalu. Selain itu potensi sengketa politik di AS membawa peluang pelaku pasar melakukan aksi ambil untung. Resistance [batas atas] IHSG di level 5.381 sampai 5.500 dan support [batas bawah] di level 5.246 sampai 5.161," ujar pengamat pasar modal dan Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee, kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Minggu (8/11/2020).

Dia menyebut, pemilu AS yang telah berlangsung dan hasilnya pada 3 November 2020 menjadi perhatian pelaku pasar.

Indeks di pasar saham mayoritas menguat menyambut potensi Joe Biden memenangkan pemilu.

"Pelaku pasar sangat memperhatikan pemilihan presiden karena mempengaruhi kebijakan Amerika Serikat ke depannya," ujarnya.

Kemenangan Biden menurutnya berpotensi perang dagang antara China dan Amerika Serikat tidak menjadi lebih buruk. Ada harapan perang dagang AS dengan China, Eropa dan Meksiko akan berhenti. Hal ini cenderung membuat risiko pasar turun dan menurunkan volatilitas pasar.

"Hal ini cenderung membuat mata uang dunia menguat terhadap US dolar termasuk yuan, euro, dan lainnya. Rupiah tidak tertinggal dan dalam beberapa hari mengalami penguatan signifikan. Ini juga mendorong dana masuk ke aset berisiko di emerging market," katanya.

President-elect Joe Biden reacts as he stands on stage after speaking Saturday, Nov. 7, 2020, in Wilmington, Del. (AP Photo/Andrew Harnik)Foto: Presiden terpilih Joe Biden berdiri di atas panggung setelah berpidato pada Sabtu, 7 November 2020, di Wilmington, Del. (AP / Andrew Harnik)
President-elect Joe Biden reacts as he stands on stage after speaking Saturday, Nov. 7, 2020, in Wilmington, Del. (AP Photo/Andrew Harnik)

Sentimen lainnya bagi pasar modal pekan depan, adalah terkait kasus kenaikan kasus Covid 19 masih menjadi perhatian pelaku pasar. Peningkatan kasus telah memaksa beberapa Negara melakukan penguncian kembali dan cenderung menghalangi trend pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung.

Inggris misalnya, melakukan penguncian kedua untuk menekan peningkatan jumlah kasus Covid-19. Italia dan Norwegia juga memperketat pembatasan akibat naiknya kasus Covid-19.

Biden juga dianggap lebih pro kesehatan sehingga berpotensi mendorong terjadinya lockdown yang ketat di Amerika Serikat untuk mengatasi pandemi corona baru yang sekarang terjadi. Penguncian ekonomi akibat pandemi berpotensi menurunkan aktivitas ekonomi dan berpotensi mendorong pasar saham terkoreksi.

Sementara itu, dia juga menyinggung ekonomi Indonesia pada kuartal ke 3 2020 resmi mengalami resesi dengan tumbuh negative -3.49 %.

Tetapi pertumbuhan ini lebih baik dari negatif -5,32 % pada kuartal kedua dan lebih baik dari banyak Negara lain di dunia. Hasil pemilu AS membuat mata uang yang paling volatile terhadap dolar seperti yen Jepang, rupiah dan won Korea menguat.

"Potensi dana asing akan kembali masuk ke emerging market. Obligasi Pemerintah Indonesia juga berpotensi mendapatkan sentimen positif karena nilai tukar rupiah yang dianggap undervalued , biaya lindung nilai yang relatif rendah dan yield [imbal basil] US Treasury masih akan tetap rendah," pungkasnya.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Adu Mulut' Trump vs Biden, Awas Koreksi IHSG!

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular