
3 Jurus 'Amuk' Trump Jegal Biden, Termasuk Demo 6 Januari

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski pemilu Amerika Serikat (AS) 3 November lalu sudah resmi dimenangkan oleh calon dari Partai Demokrat Joe Biden, nampaknya pertahanan dari Partai Republik Donald Trump belum dapat mengakui kekalahannya. Ia berkali kali masih saja menuding bahwa Biden memenangkannya dengan kecurangan.
Baru-baru ini Trump yang juga taipan properti di New York itu mengatakan bahwa dirinya akan mengikuti protes hasil pemilu yang akan diadakan pendukungnya pada 6 Januari mendatang. Aksi ini merupakan yang kesekian kali dilakukan untuk menjegal langkah Biden untuk menduduki Gedung Putih.
Lantas apa saja yang dilakukan Trump untuk mencegah Biden menjadi Presiden AS itu? Berikut rekapannya.
1. Gugat hasil Pemilu AS
Tim Pengacara Trump beberapa kali mengajukan gugatan ke beberapa negara bagian dimana calon Partai Republik itu kalah tipis seperti Georgia, Michigan, dan Nevada.
Di Georgia, tim kampanye Trump menuduh 53 surat suara yang datang terlambat dicampur dengan surat suara yang datang tepat waktu. Sementara di Michigan, mereka mengajukan tuntutan menghentikan penghitungan suara dan meminta akses yang lebih besar dalam proses rekapitulasi.
Namun, upaya hukum itu kandas setelah hakim negara bagian membatalkan kedua tuntutan hukum tersebut pada hari Kamis.
Seperti dikutip dari Reuters, James Bass, seorang hakim Pengadilan Tinggi di Georgia, mengatakan "tidak ada bukti" bahwa surat suara yang dipermasalahkan tidak valid.
Di Michigan, Hakim negara bagianCynthia Stephens berkata: "Saya tidak memiliki dasar untuk menemukan bahwa ada kemungkinan besar untuk berhasil berdasarkan manfaat dari tuduhan ini."
Sementara itu di Nevada pun gugatan tersebut gagal. Senada dengan di Michigan, hakim menolak gugatannya karena tidak ada bukti konkret yang menjelaskan kecurangan pemilu yang terstruktur, sistematis, dan masif seperti yang dituduhkan oleh tim kampanye Trump.
2. Mengumumkan darurat militer.
Salah satu hal yang pernah diinginkan Trump agar terjadi yaitu mengumumkan darurat militer sambil melaksanakan investigasi menyeluruh atas kecurangan pemilu yang ia rasa merupakan sebuah konspirasi besar.
Dikutip CNBC Indonesia,Pengacara Trump Sidney Powell dan Michael Flynn, mantan penasihat keamanan nasional Trump, kabarnya akan memimpin penyelidikan ini.
Dalam sebuah kesempatan Flynn mengindikasikan bahwa ia mungkin saja melakukan darurat militer untuk mendukung klaim Trump. "Orang-orang di luar sana berbicara tentang darurat militer seolah itu adalah sesuatu yang belum pernah kami lakukan," kata Flynn kepada outlet berita konservatif Newsmax beberapa waktu lalu.
Namun hingga saat ini upaya itu belum diambil oleh Presiden 74 tahun ini.
3. Mengadakan demo besar-besaran
Trump mengatakan bahwa dirinya akan mengikuti protes hasil pemilu yang akan diadakan pendukungnya pada 6 Januari mendatang.
Dikutip dari akun Twitternya@realDonaldTrump, ia mengatakan akan menghadiri acara yang menurutnya sebagai acara yang terbesar dalam sejarah Washington DC.
"Saya akan berada disana. Hari yang sangat historis," ucap Presiden AS ke-45 itu.
Selain itu ia juga memposting video yang menyerukan para warga AS untuk bersama-sama mengikuti demonstrasi itu.
"Ini (demonstrasi) mungkin menjadi acara yang paling besar dalam sejarah Washington DC. Jadilah bagian dari sejarah. Ikutilah aksi pada 6 Januari di Lingkar Gedung Putih, tibalah sebelum jam 9 pagi." Tulis pernyataan yang dibuat dalam video 30 detik itu.
Rencananya, pada 6 Januari 2021 Kongres AS akan menetapkan hasil pemilu yang berlangsung 3 November lalu. Langkah ini merupakan langkah resmi terakhir yang diperlukan untuk menyatakan Presiden terpilih Joe Biden sebagai pemenang dalam pemilihan presiden itu.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump Mau 'Ngamuk' 6 Januari, AS Demo Besar Jegal Biden
